dc.description.abstract | Di tengah perkembangan teknologi dan dunia pendidikan hari dapat mempengaruhi perkembangan anak khususnya perkembangan dalam berbahasa, semua orang dapat belajar bahasa di manapun yang dikehendaki namun di satu sisi ada beberapa anak yang tidak dapat mengagunkan perkembangan itu semua disebabkan oleh kelainan yang dimiliki, anak seperti ini biasa disebut anak berkebutuhan khusus maka dari itu perlu kemudian perhatian khusus terhadap mereka melalui pendidikan maupun terapi yang dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini ialah (1) mendeskripsikan pemerolehan kata dasar anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita, (2) Mendeskripsikan pemerolehan pengimbuhan kata anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita, (3) Mendeskripsikan pemerolehan pengulangan kata anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita, (4) Mendeskripsikan pemerolehan pemajemukan kata anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita.
Berdasarkan tujuan di atas maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan jenis studi kasus yang bermaksud mendeskripsikan pemerolehan bahasa pada anak berkebutuhan khusus. Subjek penelitian ini adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita di SLB Negeri 1 Kota Bima. Penelitian ini difokuskan pada pemerolehan bahasa kedua (Pembentukan kata) anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita. Instrumen dalam penelitian ini ialah peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengumpul dengan mengamati pemerolehan bahasa anak melalui lisan dan tulisan. Data yang diperoleh dari hasil tuturan lisan dan tulisan siswa akan di analisis menggunakan tiga hal yang pertama reduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan tiga hal ini saling berkaitan dalam melakukan analisis.
Berdasarkan hasil analisis dalam pemerolehan bahasa kedua siswa anak berkebutuhan khusus tunagrahita mulai dari pemerolehan kata dasar minum, bantu, belajar, pengimbuhan kata di-jemput, ke-rumah, se-hari, pengulangan kata bantu-bantu, teman-teman, dan pemajemukan kata kantor camat, jualan nasi dalam berkomunikasi dapat dikatakan cukup baik dalam merealisasikan namun ketika mengucapkan kata lebih dari satu terkadang lamban di karana siswa berfikir sesuatu yang akan diucapkan. Maka dari hasil data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita cukup baik dalam merealisasikan dalam berkomunikasi walaupun terdapat kekurangan disebabkan intelegensi yang rendah. | en_US |