dc.description.abstract | Pendahuluan : Kontaminasi kadmium emisi pabrik, rokok, limbah baterai nickel-cadmium, dan pupuk fosfat dikenal dapat menyebabkan mutasi DNA dan kerusakan yang memicu resistensi antibiotik. Namun paparan kadmium pada masa pertumbuhan dan resistensi antibiotik terhadap bakteri S.aureus belum diketahui sehingga perlu diteliti.
Metode: Penelitian in vitro dilakukan pada bakteri S. aureus yang dipapar kadmium dosis bertingkat dari 0,05 ppm hingga 3,2 ppm dan diamati selama 24 jam. Pertumbuhan lag phase S. aureus dievaluasi pada media LB4x dengan spektrofotometri pada 0, 15, 30, 45, 60, 75, 90 menit, dan pada jam ke 2, 4, 8,10, 12, 16, 20, dan 24. Zona hambat pertumbuhan dan sensitivitas antibiotik diukur dengan metode Kirby-Bauer pada 5 antibiotik dengan pengulangan 3 kali pada satu waktu penelitian. Hasil dianalisis dengan uji Kruskal wallis dan post hoc test, dengan p<0,01 dianggap signifikan.
Hasil: Paparan kadmium secara dose dependent menyebabkan pemanjangan fase lag (p<0,05) dengan nilai LE >1. Uji sensitivitas menunjukkan penurunan sensitivitas antibiotik dibandingkan tanpa perlakuan pada paparan kadmium 3,2 ppm terhadap antibiotik kloramfenikol pada pengamatan jam ke 24 (24,5±0,11 vs 26,3±0,35 , p<0,1). Pada jam ke 48 didapatkan toleransi kloramfenikol pada dosis paparan 0,8 ppm (18,3±0,28 vs 20±1,34 , p<0,1) dan toleransi tetrasiklin pada dosis 3,2 ppm (25,2±0,05 vs 21,5±0,05, p<0,1). Hal ini terjadi karena adanya random mutation pada bakteri dan respon bakteri yang berbeda pada tiap konsentrasi kadmium.
Kesimpulan: Paparan kadmium menyebabkan pemanjangan fase lag secara dose dependent pada kurva pertumbuhan bakteri S. aureus dan penurunan sensitivitas terhadap antibiotik kloramfenikol serta menyebabkan toleransi pada kloramfenikol dan tetrasiklin.
Kata Kunci: Resistensi antibiotik, Fase lag, Paparan kadmium, Staphylococcus aureus. | en_US |