dc.description.abstract | Karya sastra lahir dari pengalaman dan pengamatan nyata yang kemudian
diproses secara imajinatif oleh pengarang, dan miniatur kehidupan nyata manusia
yang diungkapkan kembali dalam berbagai bentuk yang imajinatif dan estetis
dengan menggunakan medium bahasa. Meskipun proses penciptaannya bersifat
imajinatif, namun sastra mencerminkan keadaan nyata masyarakat dalam suatu
wilayah, dengan segala aspek yang menyertainya, baik aspek-aspek sosial,
budaya, politik, maupun religi. Dengan kata lain potret atau gambaran kehidupan
nyata suatu masyarakat dapat tercermin dalam sebuah karya sastra.Salah satunya
karya sastra yakni cerita pendek, dalam penjabaran ceritanya lebih ringkas
dibandingkan dengan genre prosa yang lain seperti novel dan roman. Didalam
cerita pendek tentunya pengarang selalu mengaitkan dengan keadaan budayanya.
Kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia dan
masyarakat, salah satunya dalam menggambarkan berbagai model kehidupan
masyarakat Madura.
Pada tujuan penelitian ini (1) mengkaji konsep hidup masyarakat Madura
yang berhubungan dengan mata pencaharian hidup dalam cerita pendek yang
meliputi; bertani, buruh tani, nelayan, berdagang, beternak. (2) mengkaji konsep
hidup masyarakat Madura yang berhubungan dengan religi dalam cerita
pendekyang meliputi; berdoa, mengaji, tawakal, bersyukur, bersedekah, salat,
ritual. (3) mengkaji konsep hidup masyarakat Madura yang berhubungan dengan
kesenian dalam cerita pendek yang meliputi; seni tayub. Untuk mencapai tujuan
penelitian tersebut, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan
catat, dalam pengecekan keabsahan data yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah kecukupan referensi, dan triangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa konsep hidup masyarakat Madura dalam kumpulan cerpen Kerrong ka
Omba’ karya Mat Toyu yang (1) berhubungan dengan mata pencaharian, yaitu,
kar-ngarkar nyolpe’, abhillai na’ poto, apello koneng, pello aghili ka monteng, ollena malarat, ta’ tako’ mesken, se penting halal, lako berra’ banne alasan,
asapo’ angen abhantal omba’, nyaba se negghu’ pangeran, tase’ taneyan,
acakoy, ta’ kennal seyang ban malem, ghan dimma angghanna nyaba, ta’ tako’
mesken, pangeran settong akmbhului, poko’ halal, ta’ sala ka pangeran, jha’
pakala ka ajam, (2) berhubungan dengan religi, yaitu, abhantal syahadat, asapo’
iman, apajung Allah, pabali ka se paddhu, patobuk ngakan pakorang ajhar, patio
napet dada, jha’ bur-lebur ghali ate, tangesse e tengnga malem, se mate nangale,
jha’ paloppa ka se abhabhat, mon parlo tangnge’e, (3) berhubungan dengan
kesenian, yaitu, ta’ mandheng se polana asurban, soghi mesken pada, pabada
kaleng mante’na. | en_US |