dc.description.abstract | Pertumbuhan perekenomian di Indonesia salah satunya didukung oleh sektor pertanian, Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi ekonomi tinggi sehingga membuat para petani di Indonesia tertarik untuk membudidayakannya. Potensi produksi bawang merah di Indonesia bisa mencapai 20 ton/ha. Namun fakta yang terjadi ternyata berbeda. Dalam kurun waktu satu dekade ini, produksi bawang merah Indonesia masih berada pada angka 9,9 ton/ha. Pada Tahun 2010, Indonesia hanya mampu memproduksi bawang merah sebesar 1.048.228 ton, kemudian pada tahun 2011 dan 2012 produksi bawang merah mengalami penurunan menjadi 893.124 ton dan 964.221 ton. Sedangkan kebutuhan bawang merah nasional sejak Tahun 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan secara berturut-turut, yaitu sebesar 976.284 ton, 1.046.325 ton, 1.060.820 ton (BPS dan Dirjen Holtikultura. Dalam sistem pemasaran bawang merah sering terjadi perbedaan harga yang tinggi antara petani dengan konsumen. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh panjangnya rantai pemasaran sehingga tingginya biaya pemasaran yang dikeluarkan yang berdampak pada harga ditingkat konsumen yang tinggi sehingga margin pemasaran yang deperoleh juga tinggi. Berdasarkan latarbelakang diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui saluran pemasaran bawang merah di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. (2) Untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing masing lembaga pemasaran bawang merah di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. (3) Untuk mengetahui biaya, keuntungan, margin bagian hasil petani pemasaran bawang merah pada masing masing saluran pemasaran bawang merah di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. (4) Untuk mengetahui efisiensi pemasaran bawang merah pada saluran pemasaran bawang merah di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. (5) Untuk mengetahui integrasi pasar dan elastisitas transmisi harga pemasaran bawang merah pada saluran pemasaran bawang merah di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo.
Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Desa Dringu dipilih menjadi lokasi penelitian karena desa tersebut merupakan salah satu desa di Kabupaten Probolinggo yang memiliki komoditas bawang merah yang berpotensial. Penelitian dilakukan pada Bulan Agustus – Bulan Oktober 2022. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penentuan sampel petani yaitu menggunakan metode random sampling atau penarikan sampel acak sederhana. Untuk menentukan besarnya sampel petani bawang merah dapat menggunakan rumus dari teori slovin dengan total sampel 37 orang yang terdiri dari 31 petani, 2 pedagang tengkulak dan 4 pedagang pengecer. Dalam proses pengumpulan data dari daerah penelitian, dilakukan dengan beberapa langkah yaitu observasi, wawancara, kuesioner serta dokumentasi. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlalu untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011). Analisis diskriptif menggunakan data kualitatif yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama.
Harga jual akhir pada saluran I sebesar Rp. 29.000/Kg, saluran pemasaran II sebesar Rp. 27.145/Kg, dapat dilihat di penelitian ini harga yang paling tinggi yaitu pada saluran pemasaran I. Hal ini disebabkan pendeknya saluran pemasaran sehinggal petani dapat menjual bawang merah dengan harga yang lebih tinggi. Dari ke dua saluran pemasaran diatas dapat dilihat share harga jual petani terhadap konsumen akhir yang paing besar terdapat pada saluran II yaitu sebesar 92,10% dan share pada saluran I yaitu sebesar 89,66%. Untuk margin pada pemasaran saluran I yaitu sebesar Rp .3.000/Kg dan pada saluran pemasaran II sebesar Rp. 2.145/Kg dan share keuntungan terbesar diperoleh pengecer pada saluran I dengan share 10% dan share terkecil diperoleh tengkulak pada saluran pemasaran II yaitu dengan share sebesar 6,26.
Dari hasil analisis elastisitas transmisi harga diperoleh nilai elastisitas sebesar 0,415 yang mana nilai elastisitas transmisi harga (η <1 ) yang dapat diartikan apabila harga bawang merah di pedagang naik 1% maka harga ditingkat petani mengalami kenaikan sebesar 0,415% dan hasil analisis integrasi pasar Dari hasil analisis integrasi pasar pada saluran pemasaran ke-II diperoleh hasil dari uji-t sebesar 3,374 dengan nilai sig 0,002. Hal ini menunjukan bahwa harga bawang merah ditingkat petani dan harga petani ditingkat pedagang tengkulak berpengaruh nyata karena nilai sig < 0,05. Sedangkan besar nilai koefisien regresi sebesar 0,318 yang dapat diartikan apabila harga bawang merah ditingkat pedagang tengkulak naik Rp. 1 maka harga bawang merah ditingkat petani naik sebesar Rp.0,318. Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar yang dihadapi adalah pasar oligopsoni atau tidak bersaing sempurna yaitu merupakan bentuk pasar yang memiliki banyak penjual dan beberapa pembeli sehingga dapat dikatakan pemasaran belum efisien.
Saran yang peneliti dapat sampaikan kepada lembaga pemasaran yaitu, (1)Kelompok tani menjalankan usaha bareng dengan petani dengan cara membuat koperasi dengan tujuan sellling Cualition (Jual Bersama) sehingga dapat meningkatkan daya tawar petani lebih bagus sehingga mengarah pada pasar persaingan sempurna, (2)Bagi para pedagang perantara disarankan agar saling mengadakan interaksi terutama dalam hal menentukan keseragaman harga, baik harga pembelian maupun harga penjualan, (3)Sebaiknya petani bawang merah di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo membentuk suatu badan pemasaran sehingga dalam menjual hasil bawang merah tidak tergantung kepada pedagang tengkulak.
Kata Kunci : Analisis Efisiensi, Pemasaran, Bawang Merah, Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo | en_US |