dc.description.abstract | Pendahuluan: Pasien hiperlipidemia biasanya disertai dengan komplikasi, sehingga pengobatan hiperlipidemia sering mendapatkan terapi polifarmasi. Namun demikian polifarmasi merupakan penyebab terjadinya interaksi obat, interaksi obat dapat terjadi berupa interaksi farmakokinetika, farmakodinamika ataupun unknown. Selain itu, interaksi obat juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu interaksi minor, moderate, dan mayor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan polifarmasi dengan potensi interaksi obat pada pasien hiperlipidemia di Instalasi Farmasi Klinik Rawat Inap Muslimat Singosari (KRIMS).
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data yang digunakan adalah resep pasien hiperlipidemia yang berasal dari KRIMS periode bulan Agustus 2021-Mei 2022. Sampel diperoleh dengan teknik purposive sampling sebanyak 187 sampel yang termasuk ke dalam kriteria inklusi, analisis data interaksi menggunakan Drug Interaction Checker. Data dianalisis menggunakan uji Likelihood-ratio dan dilanjutkan dengan uji korelasi menggunakan uji Spearman. Hasil dikatakan signifikan bila p<0,05.
Hasil: Jenis interaksi obat paling sering terjadi pada peresepan antihiperlipidemia yaitu interaksi farmakokinetik sejumlah 99 kasus (47,6%), dengan tingkat keparahan interaksi moderate sejumlah 87 kasus (41,8%). Terdapat hubungan yang signifikan antara polifarmasi dengan interaksi obat dengan nilai (p-0,000, r=0,264) kekuatan korelasi cukup, dan terdapat hubungan yang signifikan antara polifarmasi dengan tingkat keparahan interaksi obat dengan nilai (p-0,010, r=0,170) dengan kekuatan korelasi lemah.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara polifarmasi dengan potensi interaksi obat dan tingkat keparahan interaksi obat pada peresepan antihiperlipidemia yang diberikan kepada pasien di KRIMS.
kata kunci : Hubungan Polifarmasi, Interaksi Obat | en_US |