Show simple item record

dc.contributor.authorWerdiningsih, Dyah
dc.date.accessioned2024-02-12T05:56:40Z
dc.date.available2024-02-12T05:56:40Z
dc.date.issued2023-12-20
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/9132
dc.description.abstractIsu global bahwa alam mengalami perubahan ekosistem karena adanya perubahan iklim, pembangunan yang tidak berkelanjutan, deforestasi, serta kelalaian manusia dalam menjaga alam menyebabkan banyak makhluk hidup flora dan fauna punah. Perubahan iklim yang cepat, kerusakan hutan yang luas, polusi udara dan air, serta peningkatan volume sampah merupakan isu utama yang memerlukan perhatian serius. Perubahan iklim merupakan ancaman bagi keberlanjutan ekosistem global dan kehidupan manusia. Isu global bahwa alam mengalami perubahan ekosistem karena adanya perubahan iklim, pembangunan yang tidak berkelanjutan, deforestasi, serta kelalaian manusia dalam menjaga alam menyebabkan banyak makhluk hidup flora dan fauna punah. Perubahan iklim yang cepat, kerusakan hutan yang luas, polusi udara dan air, serta peningkatan volume sampah merupakan isu utama yang memerlukan perhatian serius. Perubahan iklim merupakan ancaman bagi keberlanjutan ekosistem global dan kehidupan manusia. Isu lingkungan telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi manusia pada abad ke-21, dengan ditemukannya 15 masalah terbesar lingkungan hidup pada tahun 2023. Masalah itu berupa pemanasan global akibat bahan bakar fosil, pemerintahan yang buruk, limbah makanan, hilangnya keanekaragaman hayati, polusi plastik, penggundulan hutan, polusi udara, mencairnya lapisan es dan kenaikan permukaan air laut, pengasaman laut, pertanian, kerawanan pangan dan air, limbah fashion dan tekstil, penangkapan ikan yang berlebihan, penambangan kobalt, dan degradasi tanah (Robinson, 2023). Masalah-masalah tersebut telah mengancam keseimbangan alam dan kesejahteraan manusia. Dunia menghadapi tantangan yang kompleks dan mendesak. Tantangan ini memerlukan perhatian global, termasuk di Indonesia yang mengalami eksploitasi kekayaan alam yang luar biasa. Indonesia—sebagai negara kepulauan terbesar di dunia—menghadapi isu-isu lingkungan yang unik. Deforestasi, polusi udara perkotaan, dan pengelolaan sampah yang kurang optimal menjadi masalah kritis yang perlu segera diatasi. Dampak persoalan lingkungan secara perlahan-lahan akan dapat memusnahkan peradaban manusia (Diamon, 2021). Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati menjadi penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi tantangan lingkungan ini, diperlukan tindakan yang tegas dan komprehensif dengan melibatkan pemerintah, industri, dan masyarakat. Alternatif solusi yang telah dilakukan, antara lain pengurangan emisi gas rumah kaca melalui penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, peningkatan pengelolaan limbah, dan penegakan hukum yang ketat terhadap pelanggaran lingkungan. Selain itu, pendidikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pelestarian lingkungan itu sangat penting. Menurut Ki Hajar Dewantara, ada tiga pusat pendidikan yang mencakup alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Konsep tersebut lalu dikembangkan menjadi tripusat pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang meliputi tiga hal yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat. Dengan demikian pendidikan lingkungan hendaknya dilaksanakan di tiga pusat pendidikan tersebut. Mengapa pendidikan lingkungan penting? Menjaga lingkungan merupakan bentuk rasa syukur dan wujud ketaatan kita terhadap perintah Allah. Menurut Ubab (2023), di antara perintah yang Allah titahkan kepada umat manusia sebagai khalifah-Nya di bumi antara lain ditugasi untuk merawat dan menjaga lingkungan hayati tempat beribadah agar tetap lestari. Allah secara tegas melarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Allah berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 56: لَوَ ْوا ْر ِض فِى تُْف ِسدُ ْلَ بَ ْعدَ ا َوادْ ُعْوهُ اِ ْصََل ِح َها ا َخْوفً ِرْي ب ّٰللاِ َر ْح َم َت اِ َّن َّو َطَمعًا ُم ْح ِسنِ ْي َن ِِّم َن قَ ْ ال Artinya, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” Pada ayat tersebut, ditegaskan tentang larangan kepada umat manusia, untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Kerusakan yang dimaksud ayat tersebut di antaranya kerusakan lingkungan yang menjadi bagian tempat dilaksanakannya ibadah. Pada firman tersebut ditegaskan bahwa, bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah diciptakan oleh Allah dengan penuh rahmatnya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan, dan lain lainnya semua itu diciptakan Allah untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakannya (Kristina, 2023). Terkait dengan ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa larangan tersebut akan berdampak signifikan bagi umat manusia yang melanggarnya. Jika umat manusia melanggar larangan tersebut dengan berbuat kerusakan, mereka (semua orang) pula yang akan menanggung akibatnya. Sebagai contoh, bencana tanah longsor disebabkan oleh penebangan pohon besar-besaran tanpa reboisasi, dan lain lain (Ubab, 2023). Terkait dengan hal tersebut, Allah Ta’ala berfirman: رَه َظُ َسادَ فَ ْ بَ ِّرِ فِى ال ْ بَ ْحِر ال ْ َوال ِ َما ْت ب ْيِدى َك َسبَ اَ ُهْم النَّا ِس ِذ ْي بَ ْع َض ِليُ ِذْيقَ َّ ْوا ال ُ ُهْم َعِمل َّ di dan darat di kerusakan tampak Telah, “Artinya يَ ْر ِجعُ ْو َن لَعَل laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar-Rum: 41). Pada ayat tersebut ditegaskan bahwa sejatinya kerusakan yang terjadi di muka bumi baik di lautan maupun daratan sejatinya disebabkan oleh perilaku umat manusia itu sendiri. Apabila, kemudian turun bencana alam, sejatinya itu sebagai akibat perbuatan mereka sendiri. Sebagai wujud rasa syukur dan ketaatan kita terhadap perintah Allah SWT untuk menjaga lingkungan dan merawat bumi kita, dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, telah berusaha berkontribusi pada upaya meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan perilaku positif siswa terhadap upaya pelestarian lingkungan dan menjaga alam semesta. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, dalam paparan ini diuraikan beberapa hal, yaitu (1) konsep dasar dan prinsip ekoliterasi, (2) komponen ekoliterasi dalam pembelajaran, (2) desain ekoliterasi dalam pembelajaran BSI strategi pembelajaran BSI berwawasan ekoliterasi, dan (4) implementasi: pembelajaran BSI berwawasan ekoliterasi. Contoh implementasi diuraikan berdasarkan hasil identifikasi produk-produk penelitian inovasi pembelajaran BSI yang memanfaatkan teks bermuatan kronik krisis lingkungan di sekitar siswa.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.titleMencintai Bumi Melalui Pendidikan BSI Berwawasan Ekoliterasien_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record