Analisis Permintaan Rumah Tangga terhadap Pangan Pokok (Beras) di Kepulauan Riau
Abstract
Pangan selalu menjadi isu strategis dalam pembangunan di tingkat global dan nasional, karena kecukupan pangan merupakan hak setiap warga negara yang harus terjamin kuantitas, kualitas, keamanan dan nilai gizinya. Hal tersebut sejalan dengan upaya mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Suistainable Development Goals) yaitu menghilangkan kelaparan (Zero Hunger) pada tahun 2030. Salah satu bahan pangan yang terpenting di Indonesia adalah beras, Beras merupakan sumber utama makanan berkarbohidrat di Indonesia, produksi beras dalam negeri merupakan produksi terbesar di seluruh negeri semua kuintil pendapatan rumah tangga. Sehingga kebutuhan beras terus meningkat baik seiring pertumbuhan penduduk maupun peningkatan pendapatan masyarakat yang berdampak pada peningkatan konsumsi beras terutama di rentang menengah kebawah. Tingkatan masyarakat dari strata yang rendah hingga tingkatan yang memiliki penghasilan menengah ke atas mengonsumsi beras sebagai pangan utama. Periode Maret-September 2022 Susenas mensajikan informasi pengeluaran konsumsi penduduk yang disajikan dalam bentuk kewilayahan. Rata-rata konsumsi makanan per kapita sebulan Kepulauan Riau tahun 2022 mencapai Rp. 846.222, dimana hal tersebut mengalami peningkatan konsumsi dari tahun sebelumnya yaitu mencapai Rp. 828.206. Dalam penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu menganalisis pola konsumsi permintaan beras di Provinsi Kepulauan Riau dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras rumah tangga.
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau, pada bulan November-Desember 2023. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS 2022). Metode analisis data menggunakan pendekatan Regresi Linier Berganda. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified two stage sampling. Two Stage Sampling merupakan metode yang paling sederhana, salah satu metode yang termasuk dalam Two Stage Sampling adalah Metode Penarikan Sampel Bergerombol Dua Tahap (Two Stage Cluster Sampling). Metode tersebut merupakan suatu metode penarikan sampel dua tahap, dimana pada tahap pertama dilakukan pemilihan atas sampel blok sensus dan pada tahap kedua dilakukan pemilihan rumah tangga. Pencacahan tersebut dilaksanakan pada bulan Maret-September, dengan total sampel Di Kepulauan Riau mencakup 8.178 rumah tangga. Sehingga didapatkan jumlah sampel untuk penelitian ini berjumlah 8.178 rumah tangga.
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pola konsumsi rumah tangga terkait kebutuhan pangan beras, diperoleh hasil bahwa pola konsumsi pangan di Kepulauan Riau sangat beragam. Tetapi secara rata-rata jumlah pengeluaran konsumsi pangan didominasi oleh kelompok padi-padian yaitu beras dengan total pengeluaran konsumsi sebesar 3,44 kg/minggu ruta serta rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan mencapai Rp. 5.318.006,9370. Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa tingkat konsumsi pangan rumah tangga terhadap beras di Kepulauan Riau lebih besar untuk konsumsi beras daripada selain beras dengan persentase 94,1%. Namun komoditas kentang juga menunjukan konsumsi yang terbilang lumayan banyak dengan persentase sebesar 59,3% sehingga berada pada urutan kedua setelah beras dalam banyaknya konsumsi pangan rumah tangga. Dapat diartikan kelompok padi-padian dan umbi-umbian terkhusus beras memiliki barang substitusi yaitu ketela rambat.
Model permintaan pangan rumah tangga terhadap beras di Kepulauan Riau sebagai berikut :
Y = -1,573 + 0,000233X1 + 9,584E-6X2 + 8,095 E-6X3 + (-5,968 E-6)X4 + 1,148 E-5X5 + 2,415 E-5X6 + 1,533 E-5X7 + (-1,506 E-5)X8 + (-1,117 E-5)X9 + 1,766 E-5X10 + (-8,656 E-6)X11 + (-4,696 E-6)X12 + (-6,538 E-7)X13 + 3,520 E-6X14 + (-1,403 E-6)X15 + (-9,795 E-8)X16 + 1,311X17 + e
Diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,351 atau setara dengan 35,1%. Persentase angka tersebut dapat diartikan bahwa sebesar 35,1% variabel terikat (konsumsi beras) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (harga beras, beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga ketela pohon, harga ketela rambat, harga sagu, harga talas, harga kentang, harga gaplek, harga telur ayam, harga daging ayam, harga ikan, harga tahu, harga tempe, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga). Sedangkan sisanya sebesar 64,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Model tersebut menghasilkan nilai F hitung 257,744 > F tabel 1,62 dengan signifikansi F 0,000 < α 0,01, dalam artian bahwa model permintaan dan pola konsumsi pangan rumah tangga terhadap beras di Kepulauan Riau adalah sangat signifikan. Dengan begitu secara serempak semua variabel bebas (harga beras, harga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga ketela pohon, harga ketela rambat, harga sagu, harga talas, harga kentang, harga gaplek, harga telur ayam, harga daging ayam, harga ikan, harga tahu, harga tempe, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga) berpengaruh signifikan terhadap permintaan atau pola konsumsi pangan rumah tangga terhadap beras.
Berdasarkan data pada Tabel 4.8, terdapat beberapa variabel yang menunjukan signifikan diantaranya adalah harga beras. Tanda positif pada variabel harga beras bila disesuaikan dengan teori ekonomi mikro bahwa ketika harga suatu barang naik, maka permintaan konsumen terhadap barang tersebut menurun. Sebaliknya, ketika harga suatu barang turun, maka permintaan konsumsinya meningkat. Namun teori ini berbeda dengan keadaan di lapangan karena teori ini didasarkan pada hasil kajian lapangan yang menunjukkan bahwa meskipun harga beras naik, permintaan terhadap beras tidak berkurang, bahkan meningkat. Dilihat dari nilai B Koefisien Regresi variabel harga beras memiliki nilai sebesar 0,000233 atau 0,000233422 dengan maksud apabila harga beras naik sebesar Rp. 1.000 satuan maka permintaan beras masyarakat meningkat sebesar 0,2334 kg dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Artinya, meskipun harga beras naik, rumah tangga akan tetap mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok.
Variabel yang menunjukan signifikan selanjutnya adalah harga ketela rambat, harga kentang, dan harga daging ayam. Tiga variabel tersebut menunjukan hasil analisis bahwa nilai t hitung < t tabel 1,645 dan nilai signifikansi t < 0,05 dengan demikian H0 ditolak ; H1 diterima yang berarti bahwa secara parsial variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat (konsumsi beras) dengan tingkat signifikansi pada α 1%, artinya ketiga variabel tersebut berpengaruh terhadap permintaan beras. Sehingga masyarakat Kepulauan Riau memiliki alternatif pangan pokok sebagai pengganti beras.
Untuk variabel faktor sosial ekonomi yaitu pendapatan rumah tangga menunjukan signifikan dengan tanda B koefisien regresi negatif, arti negatif memiliki arti bahwa ketika terjadi kenaikan pada pendapatan, maka menurunkan konsumsi dan permintaan beras. Ketika dijabarkan semakin kaya rumah tangga maka tidak menambah konsumsi beras. Semisal di pendapatan awal rumah tangga membeli beras 5 kg. Saat pendapatannya naik maka rumah tangga tersebut tidak menambah untuk membeli beras kembali, sedangkan jumlah anggota rumah tangga menunjukan signifikan dengan tanda B koefisien regresi positif. Arti positif tersebut memiliki maksud bahwa ketika jumlah anggota rumah tangga mengalami peningkatan atau penambahan maka meningkatkan konsumsi beras, hal ini sesuai dengan teori, artinya ketika jumlah rumah tangga bertambah satu orang maka rumah tangga juga akan mengkonsumsi beras lebih banyak dari sebelumnya. Berdasarkan data tingkat konsumsi pangan, dapat dikatakan bahwa masyarakat Kepulauan Riau sudah sejahtera karena diketahui total rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita sebulan masyarakat Kepulauan Riau sebesar Rp. 333.990, dimana angka tersebut lebih tinggi dibanding total rata-rata pengeluaran konsumsi Nasional yaitu sebesar Rp. 264.084.
Dalam pembahasan pola konsumsi pangan rumah tangga, saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil Susenas 2022 menunjukan bahwa hasil konsumsi pangan rumah tangga di Provinsi Kepulauan Riau tergolong banyak untuk komoditas beras sebagai pangan pokok sumber karbohidrat, namun meski banyak yang mengkonsumsi beras juga terdapat komoditas lain dalam kategori padi-padian dan umbi-umbian yaitu ketela rambat, dimana komoditas tersebut dapat menjadi alternatif untuk kebutuhan pangan pokok sebagai pengganti (substitusi) beras. Serta pangan pokok sumber protein konsumsi terbanyak didominasi oleh daging ayam. Untuk pemerintah daerah, dinas serta instansi terkait dapat lebih memperhatikan dan memperbanyak produksi ketela rambat karena komoditas pangan sumber karbohidrat tersebut dapat dijadikan barang substitusi atau pengganti terhadap beras sehingga dapat mengurangi ketergantungan konsumsi beras dan mengurangi impor beras, disisi lain agar tingkat pola konsumsi di Kepulauan Riau beraneka ragam komoditas sebagai pangan pokok sumber karbohidrat. Dan juga memperhatikan pangan sumber protein, sehingga tidak hanya daging ayam saja yang menunjukan konsumsi dengan signifikan yang tinggi, maka dari itu perlunya penganekaragaman pangan sumber protein, harapannya agar kecukupan konsumsi pangan baik pangan sumber karbohidrat atau pangan sumber protein masyarakat Kepulauan Riau dapat sesuai dengan yang dibutuhkan.
Kata Kunci : Analisis, Permintaan Rumah Tangga, Pangan Pokok (Beras), Kepulauan Riau