dc.description.abstract | Pada proyek pembangunan atau rehabilitasi bangunan rumah susun Sombo Blok E yang berlokasi di jalan Sombo Kota Surabaya, direncakan akan memiliki 6 lantai yang didalamnya terbagi kedalam pekerjaan pembongkaran tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur atas, pekerjaan atap, pekerjaan dinding dan pekerjaan plumbing. Studi kasus ini menggaris bawahi betapa pentingnya penelitian manajemen risiko dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, terutama pada pekerjaan struktur atas, dimana identifikasi dini potensi risiko mencegah atau meminimalisir tingkat risiko kecelakaan kerja.
Manajemen risiko pada proyek konstruksi merupakan proses yang sistematis untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko yang terkait dengan kegiatan pembangunan suatu proyek konstruksi. Tujuan dari manajemen risiko pada proyek konstruksi adalah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya masalah atau kegagalan dalam proyek, serta mengoptimalkan pencapaian tujuan proyek secara efektif dan efisien. Metode AHP (Analytical Hierarchy Procces) digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan tingkat risiko kecelakaan kerja berdasarkan struktur hirarki yang memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih terinformasi dan akurat dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan faktor – faktor risiko yang berkontribusi pada aspek Kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Menggunakan metode AHP dapat memudahkan pengguna untuk mencari suatu hasil keputusan atau kriteria yang kompleks dengan mudah dan mendapatkan hasil dari setiap kriteria yang akurat atau dengan pembobotan pada hasilnya.
Hasil dari analisis menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Procces) urutan ranking faktor risiko tertinggi pada pekerjaan struktur atas adalah Sub faktor terdapat peralatan yang rusak (d1) berada pada urutan pertama dengan bobot 0,0672, Sub faktor peralatan mesin tidak ada pelindung (d4) berada pada urutan kedua dengan bobot 0,0672, Sub faktor material yang cacat (c2) berada pada urutan ketiga dengan bobot 0,0612. Maka dapat disimpulkan untuk alternatif terhadap faktor risiko tertinggi adalah melakukan pembinaan dan evaluasi terhadap kemungkinan penyebab terjadinya kerusakan dan membuat langkah-langkah pencegahan agar hal serupa tidak terjadi di kemudian hari. Sedangkan untuk urutan ranking kriteria risiko tertinggi pada kegiatan pekerjaan kolom, balok dan plat lantai adalah Sub kriteria pekerja terjatuh saat pemasangan bekisting (f2) berada pada urutan pertama dengan bobot 0,091, Sub kriteria runtuhnya bekisting dan menimpa pekerja (f4) berada pada urutan kedua dengan bobot 0,091, Sub kriteria tangan pekerja terkena barbender (e1) berada pada urutan ketiga dengan bobot 0,071. Maka dapat disimpulkan untuk alternatif terhadap kriteria risiko tertinggi adalah Implementasikan tali pengaman dan perlengkapan keselamatan kerja yang memadai untuk perkerja yang terlibat dalam pemasangan bekisting pada ketinggian serta melengkapi area kerja dengan pagar dan penandaan yang jelas untuk memperingatkan pekerja tentang risiko terjatuh pada saat proses pemasangan bekisting.
Kata Kunci: Analisis Manajemen Risiko K3, Analytical Hierarchy Procces.
| en_US |