Show simple item record

dc.contributor.authorSunaryo, Viola Florensi
dc.date.accessioned2024-06-26T01:57:41Z
dc.date.available2024-06-26T01:57:41Z
dc.date.issued2023-12-21
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/9780
dc.description.abstractProvinsi Jawa Timur memiliki jaringan jalan di utara dan selatan yang biasa disebut Pantai Lintas Utara (Pantura) dan Pantai Lintas Selatan (Pansela) atau yang lebih sering disebut jalan Lintas Selatan (JLS). Jalur Lintas Selatan (JLS) merupakan jaringan jalan yang melintasi pesisir pantai di Pulau Jawa untuk menghubungkan rute yang sejajar dengan Jalur Pantura yaitu Cilegon-Anyer-Pangandaran-Yogyakarta-Banyuwangi. Jalur Lintas Selatan sejajar dengan garis pantai selatan yang melintasi 5 (lima) provinsi di pesisir selatan Pulau Jawa. Salah satu proyek JLS yang berjalan adalah proyek JLS Tulungagung yang menghubungkan 2 Kabupaten yaitu Tulungagung dan Trenggalek, Panjang total jalan adalah 14 km, Perkerasan jalan ini dilakukan di lokasi STA 0+0.00 sampai STA 18+800 di daerah Prigi, Kabupaten Trenggalek sampai Klathak, Kabupaten Tulungagung. Proyek Jalur Lintas Selatan (JLS) Lot 6 yang berada di Kabupaten Tulungagung merupakan jalan kelas 1 (arteri dan kolektor) dan termasuk jalan nasional. Proyek Lot 6 ini ditargetkan akan selesai pada awal tahun 2023. Proyek ini bertujuan untuk membangun jalan nasional penghubung daerah Prigi, Kabupaten Trenggalek dengan daerah Klathak, Kabupaten Tulungagung. Dalam perencanaan perkerasan jalan diperlukanya analisis biaya hidup sebagai salah satu kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan jalan selama umur rencana 20 tahun. Analisis biaya hidup atau Life Cycle Cost Analysis (LCCA) dilakukan dengan menghitung analisis biaya yaitu biaya pra-konstruksi, konstruksi dan pasca-konstruksi, komponen biaya sebagai pembanding adalah biaya selama perawatan dan rehabilitasi. Dalam perencanaan tebal perkerasan lentur metode yang digunakan adalah Manual Desain Perkerasan Jalan (MDP) 2017 diperoleh tebal perkerasan lentur yaitu LPA kelas A 30 cm, AC base 8 cm, AC-BC 6 cm dan AC-WC 4 cm. Sedangkan perkerasan kaku menggunakan metode Pd t-14-2003 dan diperoleh tebal LPA kelas A 30 cm, Beton kurus 10 cm dan pelat beton 22 cm. Selain menghitung rencana Anggaran Biaya (RAB), LCCA juga menghitung future value atau prediksi inflasi pada selama umur rencana yaitu sebesar 2,80 % yang dihitung dari rata-rata 5 tahun kebelakang Hasil dari perhitungan biaya menunjukan selisih harga perencanaan dimana perkerasan kaku, yaitu Rp 37.774.439.920 untuk perkerasan lentur dan Rp 108.912.592.320 untuk perkerasan kaku. Dan juga perkerasan lentur lebih murah dalam perawatan dan rehabilitasi selama umur rencana 20 tahun yaitu Rp 37.692.880.262 untuk perkerasan lentur dan Rp 52.329.090.645 untuk perkerasan kaku. Maka dari hasil perhitungan, biaya perkerasan lentur jauh lebih hemat dari perkerasan kaku, hal ini karena ada beberapa faktor yaitu perbedaan material yang digunakan, nilai inflasi yang digunakan dan lain-lain Kata kunci: Perencanaan Perkerasan, Life Cycle Cost Analysis (LCCA), RAB.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.subjectPerencanaan Perkerasanen_US
dc.subjectLife Cycle Cost Analysis (LCCA)en_US
dc.subjectRABen_US
dc.titleStudi Analisis Pemilihan Perkerasan Lentur Dan Kaku (Flexible and Rigid Pavement) Berdasarkan Life Cycle Cost Analysis (LCCA) di Jalan Lintas Selatan (JLS) Kabupaten Tulungagungen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record