Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/9791
Title: Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Santri dan Ustadz di Pondok Pesantren Miftahul Ulum RU IV Malang (Kajian Pragmatik)
Authors: Abidin, Zainal
Keywords: Kesantunan Berbahasa
Interaksi Santri dan Ustadz
Issue Date: 13-Mar-2024
Publisher: Universitas Islam Malang
Abstract: Pondok pesantren merupakan lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan moral. Di lingkungan tersebut, bahasa menjadi alat komunikasi yang penting dalam proses pembelajaran, pembinaan akhlak, dan kehidupan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami penerapan prinsip kesantunan berbahasa dalam interaksi santri dan ustadz di Pondok Pesantren Miftahul Ulum RU IV Ganjaran Gondanglegi Malang. Tujuan dalam penelitian ini ialah mendeskripsikan Wujud bahasa dan intraksi antara santri dan ustadz yang terjadi di Pondok Pesantren Miftahul Ulum RU IV Ganjaran Gondanglegi Malang. endeskripsikan makna dan fungsi penggunaan Bahasa di Pondok Pesantren Miftahul Ulum RU IV Ganjaran Gondanglegi Malang. Mendeskripsikan prinsip kesantunan berbahasa di lingkungan Pondok Pesantren Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan pragmatik. Penelitian ini berupaya menginterpretasikan dan mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan mewujudkan tuturan santri dan ustadz di pondok pesantren tersebut. Peneliti juga sebagai instrument utama dalam penelitian ini dengan bantuan kodefikasi data yang diperoleh oleh peneliti. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan santri dan ustadz di pesantren tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip kesantunan berbahasa diterapkan dalam berbagai bentuk interaksi santri dan ustadz. Penggunaan bahasa yang sopan dan hormat, pemberian pujian dan penghargaan, serta teguran yang halus merupakan contoh penerapan prinsip kesantunan tersebut. Kesantunan berbahasa memiliki makna dan fungsi yang penting dalam menciptakan suasana yang kondusif, menghormati kedudukan dan peran masing masing, dan meningkatkan kualitas pembelajaran di pesantren. Simpulan hasil penelitian berikut dapat peneliti temukan maksim pujian yang jujur, mengejek, merendahkan orang lain), maksim keaarifan (teguran yang jujur namun halus, perintah dengan nada pertanyaan, teguran yang jujur namun halus, menegur dengan diksi yang kurang halus), maksim kedermawanan (penolakan dengan kata “maaf”, berbicara tidak sesuai situasi), maksim merendahkan hati (menonojolkan dirinya sendiri, supervisor), dan maksim kecocokan (memberikan dukungan dengan tulus) Maksim penghargaan atau pujian terdiri dari tuturan; (1) memuji (dengan kata-kata bijak), (2) memberi penghargaan (memberikan prestasi santri teladan), (3) memberikan pujian ekspesif, dan asertif (4). menggunakan tanda-tanda honorifik, seperti tuturan; (1) menggunakan tanda-tanda honorifik, (2) bersikap rendah hati (tidak angkuh) ketika diperintahkan, (3) bersifat sederhana (menggunakan diksi sesuai situasi), (4) menghargai kemampuan orang lain. Maksimal kesempakatan/kecocokan berupa, (1) membina kecocokan (merasakan kecocokan dan menyetujui pemaparan guru), (2) menggunakan diksi sesuai situasi, (3) menghormati kemampuan orang lain. , ustadz dan santri dalam mempelajari prinsip kebijaksanaan dan kearifan, seperti (1) mengajukan pertanyaan dengan menggunakan penanda dengan penghormatan seperti panjengan, monggo, (2) menunjukkan kalimat perintah, (3) mengurangi kekecewaan, dan (4) memberikan keringanan tanpa hukuman.Maksimum Prinsip kesantunan berbahasa bisa di tinjau dari berbagai indikator kesantunan berbahasa tersebut. Daintaranya ada Maksim pujian/peghargaan (penghargaan terhadap orang lain) adalah penerapan prinsip kesantunan berbahasa yang dapat dilihat dari indikator kesatunan berbahasa yang berdasarkan teori maksim Leech during interaksi (KBM) kegiatan belajar-mengajar santri dipondok Pesantren Miftahul Ulum RU IV Malang. Maksim pujian yang jujur, mengejek, merendahkan orang lain), maksim keaarifan (teguran yang jujur namun halus, perintah dengan nada pertanyaan, teguran yang jujur namun halus, menegur dengan diksi yang kurang halus), maksim kedermawanan (penolakan dengan kata “maaf”, berbicara tidak sesuai situasi), maksim merendahkan hati (menonojolkan dirinya sendiri, supervisor), dan maksim kecocokan (memberikan dukungan dengan tulus)
URI: http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/9791
Appears in Collections:MT - Indonesian Education



Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.