dc.description.abstract | Seni budaya dalam bentuk karya yang dipentaskan merupakan hasil kreativitas manusia yang menggabungkan elemen-elemen cerita, dialog, dan aksi di atas panggung. Salah satu bentuk seni budaya tradisional adalah wayang kulit yang dipentaskan menggunakan boneka dari balik layar. Melalui wayang kulit, dalang mempunyai gaya tuturan yang khas untuk menghadirkan cerita yang tak hanya menghibur, tetapi juga mencerminkan tentang kehidupan dan kesantunan berbahasa di dalamnya. Kesantunan berbahasa yang ditunjukkan dalam pementasan wayang kulit menjadi aspek yang menarik untuk diteliti, karena mencerminkan lebih dari sekadar norma komunikasi. Seperti wayang kulit Gathutkaca Lahir yang dibawakan oleh dalang cilik kelas VI SD, dimana tuturannya memainkan peranan penting dalam pagelaran. Kesantunan berbahasa yang ada pada wayang kulit Gathutkaca Lahir tuturan dalang cilik menunjukkan kesantunan berbahasa tidak hanya terdapat dalam cerita, akan tetapi juga dalam pagelaran budaya dan masyarakat setempat, bahwa tuturan yang mengandung kesantunan berbahasa akan menghasilkan hubungan positif antara penutur dan mitra tutur. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan penerapan kesantunan berbahasa tuturan dalang cilik kelas VI SD dalam pagelaran budaya wayang kulit Gathutkaca Lahir, (2) mendeskripsikan fungsi kesantunan berbahasa pada tuturan dalang cilik kelas VI SD dalam pagelaran budaya wayang kulit Gathutkaca Lahir.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori Robin Lakoff untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa, Lakoff menyatakan bahwa tindak tutur santun diatur oleh kaidah pragmatis, dan kesantunan berbahasa mengandung tiga kaidah, yaitu formalitas, ketidaktegasan, serta persamaan atau kesekawanan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bermaksud untuk mendeskirpsikan penjelasan atau gambaran secara objektif dan dengan cara deskripsi naratif, data yang dikumpulkan berupa kata atau kalimat dari pada angka-angka. Teknik analisis data yang digunakan peneliti yaitu menggunakan langkah-langkah kategorisasi, tabulasi, analisis data, dan penyimpulan. Penelitian ini dilakukan melalu beberapa tahapan. Pertama menyimak secara seksama pertunjukan wayang kulit Gathutkaca Lahir yang dituturkan dalang cilik kelas VI SD, dan pembacaan terhadap naskah wayang kulit Gathutkaca Lahir serta teks nonsastra yang berkaitan dengan penelitian ini. Kedua, dilakukan analisis mengenai kesantunan berbahasa pada wayang kulit Gathutkaca Lahir tuturan dalang cilik kelas VI SD menggunakan teori Robin Lakoff.
Penerapan kesantunan berbahasa yang berhasil ditemukan peneliti dalam wayang kulit Gathutkaca Lahir tuturan dalang cilik kelas VI SD berupa tuturan dalang pada dialog tokoh-tokoh wayang kulit Gathutkaca Lahir yang berbentuk penghormatan, penghargaan, apresiasi, keberanian, permohonan, kesetiaan, kewibawaan, pengakuan, kepemimpinan, dan kerendahan hati. Pada fungsi kesantunan berbahasa dalam tuturan dalang, ditemukan gambaran isi cerita dan pesan positif yang di tuturkan dalang, fungsi tersebut berupa pemenuhan kebutuhan dan kebebasan bagi penonton untuk merespon dan menyimpulkan wayang kulit Gathutkaca Lahir, serta pemakaian tuturan yang santun untuk menyapa, berterimakasih, meminta maaf, berpendapat, dan menanggapi lawan tutur dengan tidak merendahkan dan memaksakan asumsi pribadi.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini membahas tentang kesantunan berbahasa dalam wayang kulit Gathutkaca Lahir yang dituturkan dalang cilik kelas VI SD. Kesantunan berbahasa dalam penelitian ini adalah sebuah gambaran penutur yang mendefinisikan berbagai bentuk tuturan seperti penghormatan, penghargaan, kerendahan hati dan lain sebagainya dalam dialog wayang. Berfungsi untuk menuntun penonton dalam memahami dan mengapresiasi isi cerita wayang kulit Gathutkaca Lahir serta penyampaian pesan positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi pihak-pihak tertentu, yaitu bagi tenaga pendidik sebagai pengembangan bahan ajar, bagi siswa yang dapat digunakan sebagai media belajar, dan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan berpedoman metode maupun teori yang dapat dikembangkan.
Kata Kunci: Kesantunan Berbahasa, Tuturan, Wayang Kulit | en_US |