Jumlah Koloni Escherichia coli Resisten Tembaga (CUPRUM) dan Pola Kepekaan Antibiotik pada Air Limbah Salah Satu Rumah Sakit Tipe C di Malang
Abstract
Wahyu EL Pratama, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Malang, Agustus 2024. Jumlah Koloni Escherichia coli Resisten Antibiotik Akibat Paparan Tembaga Pada Air Limbah Rumah Sakit Tipe C di Malang. Pembimbing I : dr. H. R. Muh. Hardadi Airlangga, Sp.PD, Pembimbing II : dr. Citra Destya Rahma Putri, Sp.MK
Pendahuluan: Infeksi nosokomial, sering disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (18% dari infeksi global). Faktor ekstrinsik yang menyebabkan resistensi antibiotik pada Escherichia coli adalah paparan logam berat, seperti tembaga yang sering ditemukan di rumah sakit. Paparan tembaga mempengaruhi Escherichia coli untuk mengembangkan resistensi terhadap tembaga dan meningkatkan terbentuknya Antibiotic Resistance Genes (ARG). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jumlah koloni Escherichia coli yang berpotensi mengembangkan resistensi antibiotik pada koloni yang resisten terhadap tembaga dari air limbah di Rumah Sakit Tipe C di Malang, dengan harapan memberikan wawasan tentang pola resistensi bakteri ini dan merumuskan pedoman untuk penggunaan antibiotik yang lebih rasional.
Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental in vitro. Sampel air diambil dari limbah Pre-IPAL. Kadar tembaga diukur dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Dosis tembaga optimal ditentukan melalui metode Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Isolasi bakteri resisten tembaga dilakukan pada media Chrom Agar dan dianalisis dengan metode Total Plate Count (TPC). Selanjutnya, bakteri resisten antibiotik diisolasi dari koloni bakteri resisten tembaga yang dikultur pada media Mueller-Hinton Agar (MHA) dan dianalisis menggunakan metode Kirby-Bauer.
Hasil: Kadar tembaga dalam air limbah Pre-IPAL adalah 6,00 ± 0,24 mg/L, melebihi batas aman 2 mg/L. Escherichia coli menunjukkan resistensi terhadap tembaga pada dosis 800 ppm, dengan rata-rata koloni pada media kontrol log 4,30 ± 0,22 dan media perlakuan log 2,47 ± 0,29, menunjukkan perbedaan signifikan (p = 0,001). Uji sensitivitas antibiotik mengungkapkan 80% Escherichia coli sensitif terhadap Meropenem, 88% terhadap Ciprofloxacin, 72% terhadap Cotrimoxazole, dan 100% terhadap Gentamicin.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar tembaga dalam air limbah di Rumah Sakit Tipe C Malang mencapai 6,00 ± 0,24 mg/L, melebihi batas aman 2 mg/L. Paparan tembaga ini meningkatkan resistensi Escherichia coli terhadap logam tersebut pada dosis 800 ppm. Meskipun terjadi resistensi terhadap tembaga, sebagian besar Escherichia coli tetap sensitif terhadap antibiotik: 80% terhadap Meropenem, 88% terhadap Ciprofloxacin, 72% terhadap Cotrimoxazole, dan 100% terhadap Gentamicin. Escherichia coli yang resisten tembaga tidak selalu berpotensi resisten terhadap antibiotik.
Kata Kunci: Limbah air rumah sakit; Escherichia coli i; paparan tembaga; resisten antibiotik