Pengaruh Frekuensi Dan Durasi Istirahat Serta Intensitas Pencahayaan Terhadap Computer Vision Syndrome Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
Abstract
Pendahuluan: Gadget adalah bagian yang tidak terpisahkan di zaman modern ini, karena teknologi gadget membantu hampir semua kegiatan manusia, termasuk mahasiswa. Penggunaan gadget dengan frekuensi dan durasi istirahat serta intensitas pencahayaan yang tidak sesuai dapat meningkatkan risiko terjadinya Computer Vision Syndrome (CVS). CVS adalah masalah penglihatan pada mata yang berhubungan dengan penggunaan gadget dalam periode yang berkelanjutan dan berkepanjangan. Mengingat masih terbatasnya penelitian yang mengkaji hubungan antara pola istirahat dan intensitas pencahayaan terhadap CVS pada mahasiswa kedokteran di Indonesia, khususnya di Fakultas Kedokteran UNISMA, maka diperlukan penelitian yang komprehensif untuk menganalisis pengaruh frekuensi dan durasi istirahat serta intensitas pencahayaan terhadap kejadian CVS.
Metode: Penelitian metode kuantitatif dengan studi observasional analitik dengan pendekatan (cross-sectional) dilakukan pada 181 responden mahasiswa FK UNISMA tingkat 2 dan 3. Frekuensi dan durasi istirahat dievaluasi dengan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan telah divalidasi. Intensitas pencahayaan dievaluasi dengan lux meter dan dicatat pada lembar observasi. Skor CVS dinilai dengan Computer Vision Syndrome Questionnaire. Hasil dianalisis dengan uji Chi-Square dan uji korelasi Lambda dengan p<0.05 dianggap signifikan.
Hasil: Dari 181 responden, didapatkan 79 orang dengan frekuensi istirahat kurang dari 20 menit yang positif menderita CVS (p=0,000), 86 orang penderita CVS dengan durasi istirahat kurang dari 20 detik (p=0,000), 50 orang penderita CVS dengan intensitas cahaya ruangan yang tidak sesuai (p=0,000), dan 77 orang penderita CVS dengan intensitas cahaya gadget yang tidak sesuai (p=0,000). Hasil menunjukkan bahwa frekuensi istirahat (kurang sering dari setiap 20 menit sekali) dan durasi istirahat (kurang dari 20 detik) memiliki korelasi positif yang sangat kuat dengan kejadian CVS (r=0,904, p=0,000) dan (r=0,872, p=0,000); intensitas pencahayaan gadget memiliki korelasi positif kuat (r=0,791, p=0,000) sedangkan pencahayaan ruangan memiliki korelasi positif sedang (r=0,453, p=0,000) dengan kejadian CVS. Hal ini menunjukan bahwa insiden CVS meningkat pada individu yang manajemen istirahatnya kurang dan pencahayaan baik gadget maupun ruangan tidak sesuai yang diduga terjadi karena kelelahan otot-otot siliaris dan gangguan pada reaksi fotokimia mata sehingga menimbulkan gejala CVS.
Kesimpulan: Frekuensi dan durasi istirahat serta intensitas pencahayaan berpengaruh pada skor CVS mahasiswa FK UNISMA tingkat 2 dan 3.