Paradigma Pendidikan Kritis Paulo Freire dalam Perspektif Tokoh Pendidikan Islam

Show simple item record

dc.contributor.author Sidik, Ahmad Khairudin
dc.date.accessioned 2021-01-27T03:16:49Z
dc.date.available 2021-01-27T03:16:49Z
dc.date.issued 2021-01-20
dc.identifier.uri http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/1548
dc.description.abstract Paradigma pendidikan menjadi ujung tombak akan dibawa kemana arah dan tujuan pendidikan. Pasalnya paradigma dapat dipahami sebagai world view (pandangan dunia), general perspective (cara pandang umum), atau way of breaking downthe complexity (cara untuk menguraikan kompleksitas) (Nurkhalis, 2012: 84). Bahwa artinya paradigma pendidikan sangat mempengaruhi pola yang terjadi dalam pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan suatu proses pencarian jatidiri dalam rangka untuk memanusiakan manusia, bahwa manusia itu harus diperjuangkan kemanusiaannya yang telah direbut oleh mereka yang tidak memanusiakan manusia, baik dalam kebijakan politik maupun dalam proses pendidikan. Dalam proses pencarian jati diri tentu langkah awalnya adalah melepas diri dari belenggu penindasan menuju gerbang pembebasan. Di Brazil lahir tokoh pendidikan kritis bernama Paulo Freire ia melihat adanya ketidakberesan yang terjadi didunia pendidikan, sehingga ia menawarkan paradigma baru dalam pendidikan yang penulis sebut dengan istilah “pendidikan kritis”, pendidikan yang bernada pembebasan, kritis, dialogis dan humanis. Jauh sebelum itu, tokoh pendidikan Islam sebenarnya lebih dahulu merumuskan pendidikan yang ideal menurut Freire. Maka untuk mencapai pendidikan yang ideal kiranya penting untuk kembali dikupas tuntas paradigma pendidikan yang ditawarkan oleh Freire maupun para tokoh pendidikan Islam. Dari konteks kajian tersebut maka peneliti memfokuskan kajiannya tentang, bagaimana konsep dasar pendidikan kritis, bagaimana paradigma pendidikan kritis perspektif Paulo Freire, bagaimana konsep dasar pendidikan kritis dalam Islam, dan bagaimana konsep dasar pendidikan kritis perspektif tokoh pendidikan Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis, bagaimana konsep dasar pendidikan kritis, bagaimana konsep dasar pendidikan kritis Paulo Freire, bagaimana konsep dasar pendidikan kritis Islam dan bagaimana konsep pendidikan kritis perspektif tokoh pendidikan Islam. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu bersumber dari buku-buku yang berkenaan dengan gagasan paradigma pendidikan kritis Paulo Freire khusunya pada bukunya yang berjudul “Pendidikan Kaum Tertindas” dan buku-buku yang berkenaan dengan konsep pendidikan Islam, serta buku-buku lain yang memiliki keterkaitan dengan tema penelitian. Karena penelitian ini membahas tentang paradigma pendidikan kritis dalam perspektif pendidikan Islam, maka secara langsung atau tidak langsung akan mengutip ayat Alqur’an yang menyinggung hal tersebut, yang berkenaan dengan tema penelitian ini. Untuk mengumpulkan data penulis mencoba mencari dan mengumpulkan karya-karya Paulo Freire baik itu buku, catatan-catatan, surat kabar, jurnal penelitian, maupun komentar para tokoh pendidikan metode ini sering disebut dengan istilah library research dan dokumentasi. Setelah semua data terkumpulkan Langkah untuk menganalisis data ialah dengan analisis konten. Hasil dari penelitin ini adalah bahwa konsep dasar pendidikan kritis ialah pendidikan yang berusaha membangkitkan segenap potensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan semangat kritisme, humanisme dan pembebasan yang melandasakan teorinya pada sifat dialogis, keterbukaan nalar berpikir, kebebasan, juga membangkitkan kesadaran manusia sampai pada tahap kesadaran kritis. pendidikan kritis Paulo Freire berpuncak pada pengembalian fitrah ontologis manusia, ia melihat dan merasakan adanya sitem yang menindas dalam dunia pendidikan yang disebutnya dengan istilah banking education (pendidikan gaya bank) lalu muncullah proses dehumanisasi (pendidikan yang mengabaikan nilai-nila kemanusian), baginya pendidikan harus menjujung tinggi nilai-nilai kemanusian dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk ikut serta menentukan dunianya sendiri, melalui konsep pendidikan pembebasannya ia ingin menyadarkan masyarakat pada kesadaran tertinggi yaitu kesadaran kritis, dalam meningkatkan kesadaran kritis ia menawarkan konsep pendidikan hadap masalah sebagai otokritik dari pendidikan gaya bank sehingga peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dengan demikian ia diberikan otoritas dalam mengubah dunianya sendiri. Begitupun Islam lahir dengan misi kemanusian, rahmat bagi seluruh alam, pembebasan, bebas dari ketertindasan, maupun kebodohan. Maka Istilah tarbiyah ta’lim dan ta’dib tidak hanya diartikan sebagai proses transformasi pengetahuan saja, jauh dari itu, tiga istilah tersebut berorientasi pada misi awal Islam lahir juga pada pengembangan fitrah dasar manusia yang meliputi akliyah jasadiyah dan qolbiyah sehingga mencapai tujuan tertinggi pendidikan Islam yakni insanul kamil. Pendidikan kritis bagi tokoh pendidikan Islam yang meliputi: (1) Al-Ghazali lebih pada penekanan terhadap peranan akal dalam meperoleh suatu kebenaran ilmu pengetahuan, ia tidak menolak eksistensi indera dan akal, tetapi baginya ada pengetahuan yang tidak mampu dicapai oleh indera dan akal yaitu kebenaran hakikat ketuhanan yang hanya mampu dicapai melalui kebenaran intuisi. (2) Athiyah, baginya pendidikan harus memiliki prinsip-prinsip demokratis dan berkeadilan, yang meliputi; kebebasan, persamaan dan kesempatan yang sama dalam pembelajarannya, dan dalam meperolehnya tidak boleh ada diskriminasi antara si kaya dan si miskin, maupun status sosial. (3) Tolcha Hasan lebih menekankan pada penyelamatan dan pengembangan fitrah manusia, penyelamatan fitrah manusia orientasinya pada pendidikan nilai-nilai serta pembudayaan sikap dan prilaku etis juga relegius, yang mencitrakan ketaatan ibadah, keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan hidup. Sedangkan pengembangan fitrah manusia berorientasi pada penanaman sikap kritis, kreatif, disiplin waktu, semangat berprestasi, peduli lingkungan dan kualitas skill. Sebagai saran dalam menyusun kurikulum pendidikan hendaknya memperhatikan orientasi yang benar-benar pada proses berfikir dan aklak peserta didik juga tidak memenjarakan kreativitasnya dalam menetukan jalan hidupnya. Kata Kunci: Paradigma, Pendidikan, Kritis, Paulo Freire, Tokoh Islam   en_US
dc.language.iso other en_US
dc.publisher Universitas Islam Malang en_US
dc.subject Pendidikan Agama Islam en_US
dc.subject Paradigma en_US
dc.subject Pendidikan en_US
dc.subject Kritis en_US
dc.subject Paulo Freire en_US
dc.subject Tokoh Islam en_US
dc.title Paradigma Pendidikan Kritis Paulo Freire dalam Perspektif Tokoh Pendidikan Islam en_US
dc.type Other en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Kolom Pencarian


Browse

My Account