Kadar trigliserida yang meningkat dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah. Benalu teh mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, quersetin tanin, glikosida, alkaloid, saponin, dan inulin. Benalu teh hidup menopang pada tanaman teh dan memiliki potensi untuk dijadikan bahan obat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kadar trigliserida setelah pemaparan EMSA selama 90 hari. Suatu sediaan uji perlu pemaparan secara berulang dalam jangka waktu tertentu untuk melihat adanya efek toksik serta keamanannya untuk dikonsumsi. Sehingga suatu sediaan perlu dilakukan uji toksisitas dengan menggunakan 2-3 hewan uji coba dari galur yang berbeda, baik secara akut tidak lebih dari 24 jam, subkronik 28 hari dan subkronik 90 hari. Penelitian ini merupakan True Experimental Design dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). EMSA dipaparkan selama 90 hari dengan hewan coba tikus digunakan berjumlah 40 ekor dan dibagi menjadi empat kelompok. Satu kelompok sebagai Kontrol, dan tiga kelompok sebagai dosis yang berbeda. Serum yang diperiksa adalah kadar trigliserida. Perbedaan signifikan antara rata-rata kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil pengukuran kadar trigliserida yang telah dilakukan dengan pengujian terhadap masing-masing kelompok P1, P2, serta P3 menunjukkan bahwa EMSA dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan control atau disebut dengan tidak signifikan dengan nilai (p>0,05) karena diduga adanya zat aktif flavonoid yang tinggi menyebabkan kadar trigliserida menjadi menurun. Dalam hal ini kadar trigliserida tikus wistar betina bersifat normal sehingga tidak bersifat racun.
Description:
[ARCHIVES] Copyright Article from : Biosaintropis, http://biosaintropis.unisma.ac.id/index.php/biosaintropis/article/view/108