dc.description.abstract | Secara normatif-teologis, Islam sebagai agama rahmatan lil’âlamîn,
mengajarkan pesan-pesan cinta kasih, kerukunan, kebersamaan, tolong menolong,
keadilan, kesetaraan, keterbukaan, dan kedamaian. Namun secara sosiologis,
kadang terjadi sebaliknya. Berbeda halnya dengan nilai-nilai Pendidikan Islam
yang terjadi di masyarakat Ngadas Poncokusumo Malang yang menggambarkan
terjalinnya kerukunan dan kedamaian antar agama-agama dan budaya.
Disertasi ini bertujuan menganalisis: 1) konstruksi sosial masyarakat
terhadap nilai-nilai pendidikan Islam di tengah keragaman budaya lokal
masyarakat Ngadas 2) proses akulturasi nilai-nilai pendidikan Islam ke dalam
budaya lokal masyarakat Ngadas, dan 3) model akulturasi nilai-nilai pendidikan
Islam ke dalam budaya lokal masyarakat Ngadas dalam menciptakan kerukunan
dan kedamaian antar umat beragama.
Pendekatan teori yang digunakan adalah konstruksi sosial Berger dan
Luckman, teori akulturasi Koentjoroningrat. dan teori model akulturasi Islam dan
Barat dengan pendekatan penelitian kualitatif, Lokasi dibatasi di Ngadas
Poncokusumo Malang. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan
observasi, wawancara terlibat, dan dokumentasi.
Ada tiga temuan substantif dalam disertasi ini, Pertama, pada momen
eksternalisasi, ditemukan tiga entitas unsur-unsur eksternal yang menjadi daya
tarik masyarakat, yaitu a) keteladanan perilaku tokoh Islam, b) cara pemahaman
kontekstual para tokoh Islam, dan c) strategi serta media dakwah tokoh Islam,
baik strategi dakwah sosio-kultural-psikologis maupun strategi dakwah sosiospiritual-
magis. Sedangkan pada momen objektivasi, masyarakat lokal
berinteraksi terhadap nilai-nilai Pendidikan Islam dengan penghayatan natural
hingga membuat masyarakat merasakan nilai-nilai Islam telah melembaga,
menjadi kebutuhan masyarakat. Sementara pada momen internalisasi, ditemukan
tiga tipologi hasil identifikasi diri masyarakat terhadap nilai-nilai Pendidikan
Islam, yaitu a) normatif-teologis-konservatif, b) sosiologis-pragmatis-kalkulatif,
dan c) sosiologis-empiris-intuitif. Kedua, terdapat empat fokus proses akulturasi
nilai-nilai Pendidikan Islam ke dalam budaya lokal, yaitu: a) kondisi sosial
masyarakatnya memiliki pola hidup gmeinschaft (Paguyuban), b) tokoh-tokoh
yang berkontribusi mentransformasi nilai-nilai Pendidikan Islam pada umumnya
sangat bersahaja, c) Media dan sarana mentransformasi nilai-nilai Pendidikan
Islam melalui perkawinan, bisnis, mitos, upacara, dan d) respon masyarakat
setelah terjadi proses akulturasi menerima dengan rasa senang dan bahagia karena
tercipta pola hubungan rukun dan damai. Ketiga, terdapat tiga temuan model
akulturasi nilai-nilai pendidkan Islam ke dalam budaya lokal antara lain, a)
akulturasi kultural-singkretik-intuistik, b) akulturasi kultural-purifikatiflegalistik,
dan c) akulturasi kultural-moderatif-strukturalistik. | en_US |