Pengaruh Pemberian Jamu Keji Beling (Strobilanthes crispus) Pada Aktivitas Antibiotik Amoksisilin Terhadap Bakteri Escherichia coli
Abstract
Pendahuluan: Batu ginjal (nefrolitiasis) dapat diakibatkan oleh Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan amoksisilin dapat diberikan sebagai terapi infeksinya. Jamu keji beling dapat digunakan sebagai peluruh batu ginjal dan antibakteri. Kombinasi jamu dengan antibiotik diyakini dapat sebagai terobosan terapi infeksi di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi kombinasi jamu keji beling dengan amoksisilin terhadap bakteri E.coli.
Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorium invitro. Jamu keji beling dilarutkan menggunakan aquades dengan 5 variasi dosis (200x103 ppm, 100x103 ppm, 50x103 ppm, 25x103 ppm, dan 12,5x103 ppm). Zona hambat kombinasi jamu keji beling dan amoksisilin 25 µg dilakukan sesuai Kirby-Bauer Disk Diffusion Susceptibility Test dan diukur dengan jangka sorong. Nilai interaksi dilakukan dengan metode Ameri-Ziaei Double Antibiotic Synergism Test (AZDAST) dengan signifikasi ditentukan p<0,05.
Hasil: Kombinasi jamu keji beling dengan amoksisilin dosis 100x103 ppm merupakan dosis terbaik (30,20 ± 1,91) dengan interaksi aditif. Untuk dosis yang lain berinteraksi not-distinguishable. Hal ini diduga terjadi karena adanya reaksi antagonistik pada dosis tinggi dan kemampuan hambat bakteri yang tidak cukup kuat pada dosis rendah.
Kesimpulan: Kombinasi jamu keji beling dan antibiotik amoksisilin pada dosis 100x103 ppm memiliki interaksi yang bersifat aditif pada bakteri Escherichia coli, sedangkan pada dosis lainnya bersifat not-distinguishable.
Kata kunci: Jamu Keji Beling, Amoksisilin, Escherichia coli, Zone of Inhibition (ZOI), Kombinasi Herbal dan Antibiotik