dc.description.abstract | Pendahuluan : Tempe kacang merah, tempe kacang tanah, dan tempe kedelai mengandung metabolit sekunder flavonoid yang berpotensi sebagai antibakteri. Namun efektivitas potensi antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi belum pernah diteliti. Penelitian bertujuan untuk membandingkan potensi antibakteri ketiga jenis tempe tersebut.
Metode: Penelitian dilakukan secara in vitro dengan pengulangan 3 kali pada dosis 125 ppm, 250 ppm dan 385 ppm dari ekstrak etanol tempe kacang merah, tempe kacang tanah, dan tempe kedelai. Zona hambat antibakteri diukur melalui metode difusi cakram dengan satuan milimeter (mm). Hasil pengukuran menggunakan aplikasi ImageJ dan dianalisa statistik dengan uji Kruskal Wallis dan One Way Anova diukur dengan p<0,05 dianggap signifikan.
Hasil: Konsentrasi 385 ppm menjadi dosis terbaik menghambat bakteri E. coli pada tempe kedelai (13.47±0.56 mm), tempe kacang merah (12.13±1.04 mm), dan tempe kacang tanah (11.22±0.18 mm). Konsentrasi 125 ppm menjadi dosis terbaik menghambat bakteri S. typhi pada tempe kedelai (10.44±0.42 mm), tempe kacang merah (10.25±0.81 mm), dan kacang tanah (10.4±0.65 mm). Namun aktivitas antibakteri ekstrak semua jenis tempe lebih rendah dibandingkan kontrol amoxicillin dan chloramphenicol.
Simpulan: Kemampuan antibakteri ekstrak tempe kedelai, tempe kacang merah, dan kacang tanah lebih sensitif terhadap S. typhi dibandingkan E. coli.
Kata Kunci: Phaseolus vulgaris, Arachis hypogaea, Glycine max, tempe, antibakteri, Escherichia coli, Salmonella typhi
| en_US |