dc.description.abstract | Keberagaman yang ada di lembaga Thursina Malang bisa dilihat dari latar belakang asal Santri Thursina Malang, ada yang berasal dari berbagai suku dan budaya yang ada di Indonesia, mereka ada yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi, Jawa Timur, Jawa Tengah Madura dan Sumantra. Santri Thursina tidak hanya beragam secara asal daerahnya akan tetapi juga latar belakang orang tua wali santri yang sangat berfariasi mulai dari keluarga akademisi, pengusaha, pejabat elit pemerintah dan masyarakat biasa. walaupun santri berasal dari berbagai latar belakang tetap bisa hidup berdampingan dengan baik karena sebuah perbedaan itu dianggap hal yang sangat biasa dan di lembaga Sekolah Menengah Atas Thursina menerapkan misi outvalues yaitu pengetahuan yang luas, mempunyai pemikiran yang moderat dalam Islam dan mempunyai pemahaman dan sikap rahmatan lilalamin.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan memberikan interpretasi tentang nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang dijadikan dasar untuk membentuk sikap wasathy di Sekolah Menengah Atas Thursina Malang dan Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai Islam dalam membentuk sikap wasathy di Sekolah Menengah Atas Thursina Malang serta bagaimana model internalisasi nilai Islam dalam membentuk sikap wasathy di Sekolah Menengah Atas Thursina Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus, di dalam penelitiannya memakai teknik pengumpulan data melalui studi observasi, wawancara and dokumentasi, sedangkan analisi datanya menggunakan analysis interactive model Miles dan Huberman. Kemudian melakukan pengecekan keabsahan data melalui kesahihan konstruk, kesahihan internal, kesahihan eksternal dan keajegan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama; di dalam membentuk santri agar mempunyai sikap washatiy di Sekolah Menengah atas Thursina Malang menerapkan beberapa nilai-nilai pendidikan Islam yaitu nilai commited (komitmen), nilai virtuous (menjaga integritas dan akhlakul karimah), nilai empaty (peka terhadap masalah sekitar), nilai compassionate (mengasihi sesama sepenuh hati), nilai excellent in service (terdepan dalam membantu sasama), nilai moderat (bijaksana dan menghargai perbedaan), nilai Rahmatan lilalamin (menebar kebaikan dan manfaat kepada sesama), Kedua; Proses internalisasi nilai yang dilakukan melalui bimbingan guru/ustadz, penanaman keyaqinan dan pengetahuan, muhasabah (intropeksi diri), penerapan konseling individu, penerapan lingkungan religius, Penerapan demerit merit point, Ketiga; model yang ada didalam menginternalisasikan nilai yaitu model top down, model Reward and Punishment,model integrasi kurikulum dan model enrichment dan extension | en_US |