Show simple item record

dc.contributor.authorRofi’ah, Azizatur
dc.date.accessioned2023-01-25T03:09:11Z
dc.date.available2023-01-25T03:09:11Z
dc.date.issued2022-11-12
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/6417
dc.description.abstractKehidupan dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk menuliskan karya sastra. Sastra mencerminkan kondisi sosial atau sebagai pengungkap dari banyaknya realitas sosial. Namun tak jarang bahwa setiap karya sastra yang ada hanya dipahami oleh segelintir orang. Salah satu hal yang belum kita pahami sepenuhnya adalah terjadinya marginalisasi yang dirasakan oleh Minke dan Nyai Ontosoroh. Marginalisasi merupakan salah satu bentuk intimidasi terhadap suatu kelompok atau individu, dan hal ini telah terjadi pada masa penjajahan kolonialisme Belanda di Indonesia. Dengan adanya marginalisasi ini telah menambah banyaknya kesengsaraan yang dialami kaum Pribumi. Pada masa kolonial tersebut, Pribumi adalah kaum yang dimarginalisasi secara besar-besaran oleh bangsa Belanda. Pribumi dimarginalkan, dan hak-hak mereka diambil oleh bangsa penjajah. Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan bentuk marginalisasi terhadap tokoh Pribumi dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Dua tokoh tersebut adalah Minke dan Nyai Ontosoroh. Minke dan Nyai Ontosoroh adalah gambaran dari ketidakadilan dan ketertindasan sistem kolonialisme Belanda di Indonesia pada masa penjajahan. Kedua tokoh tersebut juga merupakan tokoh yang mendominasi cerita. Penelitian ini menggunakan kajian analisis kritis Norman Fairclough dengan objek novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Analisis Wacana Kritis sebagai pisau bedah dapat membantu pembaca menemukan ideologi penulis yang menyebabkan keberpihakan teksnya terhadap suatu golongan. Dalam novel tersebut terdapat 3 dimensi dalam Analisis Wacana Kritis ini, yaitu teks, discourse practice, dan socioculture practice. Analisis teks berdasarkan pada lingual dengan memerhatikan penggunaan kosa kata, makna semantik, dan penataan kalimat serta menggunakan kohesi dan koherensi. Kohesi adalah hubungan antar kalimat, sedangkan koherensi adalah interpretasi mengenai suatu teks atau wacana. Kategori analisis wacana kedua, yaitu Discourse Practice, adalah hubungan wacana dengan proses dalam produksi dan konsumsi wacana, sedangkan kategori yang ketiga adalah Sociocultural Practice, yaitu hubungan wacana dengan konteks. Dimensi teks dalam penelitian ini memunculkan kata-kata yang bermakna negatif dengan ditandai adanya marginalisasi. Dimensi discourse practice menunjukkan adanya hubungan dengan sejarah Pramoedya Ananta Toer dalam membuat Novel Bumi Manusia pada saat ia menjadi tahanan politik. Dan dimensi ketiga adalah Socioculture practice yang membuktikan sebagai pengaruh dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer dengan latar belakang kolonialisme Belanda, dan kehidupan yang dialami Pramoedya Ananta Toer sebagai saksi sejarah. Pada penelitian ini telah berhasil ditemukan 3 jenis marginalisasi, jenis-jenis marginalisasi tersebut yaitu marginalisasi ejekan, kritikan, dan sindiran. Selain itu, marginalisasi ditandai dengan penggunaan kata yang bermakna negatif dan penggunaan kalimat yang dimaksudkan dengan fungsi lain, sebagai contoh kalimat penegasan yang termasuk dalam marginalisasi tetapi dituliskan dengan struktur kalimat pertanyaan. Kata Kunci: Marginalisasi, Bumi Manusia, Analisis Wacana Kritis, Pramoedya Ananta Toer.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.subjectKeguruan dan Ilmu Pendidikanen_US
dc.subjectPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiaen_US
dc.subjectMarginalisasien_US
dc.subjectBumi Manusiaen_US
dc.subjectAnalisis Wacana Kritisen_US
dc.subjectPramoedya Ananta Toeren_US
dc.titleMarginalisasi Tokoh Pribumi Minke dan Nyai Ontosoroh dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toeren_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record