dc.description.abstract | Persoalan pendidikan karakter dan moralitas generasi bangsa
Indonesia memasuki era society 5.0 ini, mendapatkan perhatian serius dari
seluruh kalangan baik yang datang dari pemerintah maupun masyarakat. Hal
ini dilatarbelakangi kenyataan munculnya sejumlah kasus menyangkut
moralitas dan watak bangsa yang semakin menunjukkan pergeseran dan perlu
segera pembenahan. Seperti dalam bidang kebudayaan, tren-tren sosial
kultural yang muncul kepermukaan cenderung mencerminkan rapuhnya
bangunan religiositas serta memudarnya ikatan-ikatan sosial/nilai-nilai yang
diyakini bersama dalam masyarakat. Pesantren Tebuireng menyadari betul
terhadap fenomena tersebut, karenanya, pesantren ini sampai saat ini tampa
memudarkan semangat dan hakikat pesantren dalam mengajarkan ilmu-ilmu,
terutama limu keagamaan Islam rahmatan lilalamin. Pesantren ini telah
menerapkan pendidikan karakter sejak lama, dan bahkan semenjek pertama
kali lembaga ini didirikan. Oleh karena demikian dinamika fenomena yang
terjadi di pesantren ini menunjukkan watak keterbukaan bagi perubahan dan
kehidupan generasi bangsa pada era society 5.0 menjadi lebih baik.
Pandangan yang selalu dijadikan pegangan pesantren ini adalah al muhafadzatu ‘ala al-Qadimi al-Shalih wa al-Akhdu bi al-Jadidi al-Ashlah..
Berdasarkan kontekstualisasi penelitian, studi ini secara khusus
menjawab permasalahan tentang bagaimana model konstruksi pendidikan
karakter perspektif multikultural di pesantren Tebuireng Jombang? Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengungkap, mendeskripsikan, menganalisis, dan
kemudian memberikan interpretasi terhadap temuan penelitian; 1) Eksplorasi
Nilai Pendidikan Karakter Perspektif Multikultural di Pesantren Tebuireng; 2)
Praksis Pendidikan Karakter Perspektif Multikultural di Pesantren Tebuireng;
dan 3) Model Konstruksi Pendidikan Karakter Perspektif Multikultural di
Pesantren Tebuireng. Adapun teori yang digunakan dalam aspek eksplorasi
nilai menggunakan Grand Theori multikulturalisme yang ditawarkan oleh
Tholhach Hasan, Zakiyyuddin Baidhawy, HAR Tilaar, Tholhach Hasan,
Suprapto, Setyowat, Wiyanto, dan Abdullah Aly. Sedangkan dalam aspek
konstruksi dan praksisnya menggunakan teori Peter L.Berger dan Thomas
Luckman, Imam al-Ghazali, James A. Banks, dan Thomas Likona.
Metode penelitian ini dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif
karena bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang utuh, mendalam dan
menyeluruh terhadap fokus penelitian, sedangkan pendekatannya adalah studi
kasus yang diimplementasikan terhadap peristiwa atau gejala yang sedang
berlangsung. Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui, a) pengamatan (observation), b) wawancara mendalam (depth interview) yang dikuatkan
dengan Forum Group Discussion (FGD), dan c) analisis dokumen. Sumber
data dipilih melalui pola bola salju (snowball sampling). Sementara teknik
analisis data mengacu pada model interaktif Miles, Huberman, dan Saldana,
yaitu melalui; (1) kondensasi data; (2) Penyajian data, dan (3) penarikan
kesimpulan. Konfirmabilitas dilakukan melalui pengumpulan data,
merekonstruksi data, dan hasil sintesis emik-etik secara hati-hati berdasarkan
pada teori dari dasar (grounded theory) atau data yang berbasis pada konteks
(contex based data). Pengecekan keabsahan datanya dilakukan melalui
perpanjangan keikutsertaaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) eksplorasi nilai karakter
perspektif multikultural yang tumbuh dan berkembang di pesantren ini
terdapat 22 nilai yang secara konseptual dikelompokkan menjadi tiga bagian:
a) nilai karakter nasionalis, meliputi, nilai toleransi, seimbang, moderat,
egaliter, demokratis, persatuan, cinta tanah air, kesetaraan dan keadilan: b)
nilai karakter sosial yang meliputi nilai mandiri, memperioritaskan dialog,
persaudaraan, kebersamaan dan solidaritas, silaturrahim, ta’awun dan
kepedulian sosial, kasih sayang: dan c) nilai religius yang meliputi; nilai
ikhlas, berkeadaban, lemah lembut, rendah hati, jujur dan istiqamah: 2)
praksis pembelajaran pendidikannya terimplementasi melalui kegiatan dan
ragam dimensi atau pendekatan yang terdiri dari sistem pendidikan karakter
multikultural, kurikulum pendidikan karakter multikultural, program ekstra
kurikuler karakter multikultural, metode pembelajaran pendidikan karakter
multikultural, evaluasi pendidikan karakter multikultural, melalui
pembelajaran di madrasah, melalui kajian kitab kuning, melalui mata
pelajaran, melalui hidden curriculum, uswah hasanah, melalui tradisi
pesantren, dan melalui indoktrinasi: dan 3) model konstruksi pendidikan
karakter perspektif multikultural terkonstruk melalui social skill yang
merupakan hasil dari dimensi model spiritual holistik dan model inklusif
integratif. Dengan demikian, temuan model baru dalam penelitian ini adalah
model konstruksi spiritual multikulturalis dan model konstruksi transformatif:
integrasi Tradisional & Modern. | en_US |