Perbandingan Ekstrak Kasar Etanol dengan Fraksi Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Daya Hambat Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Abstract
Atiatul Wahida, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Malang, 05 April 2023. Perbandingan Ekstrak Kasar Etanol dengan Fraksi Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) terhadap Daya Hambat Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.
Pembimbing I: Rio Risandiansyah, Pembimbing II: Yoyon Arif Martino.
Pendahuluan: Masalah kesehatan akibat infeksi bakteri yang meningkat dapat ditangani dengan mengembangkan antibakteri baru berbasis herbal. Kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) terbukti menghambat bakteri Gram negatif maupun positif pada dosis optimum 200×103 ppm. Aktivitas antibakterinya diperantarai oleh kandungan metabolit sekunder yang dapat diisolasi melalui proses ekstraksi dan fraksinasi, namun belum diketahui metabolit sekunder dan fraksi mana yang paling baik menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vitro yang yang membandingkan zona hambat pada ekstrak kasar etanol, fraksi n-Heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air kulit batang C. burmanni dosis 200×103 ppm pada bakteri S. aureus dan E. coli. Ekstraksi menggunakan metode maserasi kinetik dengan pelarut etanol 96% dan fraksinasi sesuai urutan kepolaran pelarutnya. Ekstraksi dan fraksinasi di uji metabolit sekundernya dengan skrining fitokimia secara kualitatif. Uji aktivitas antibakteri dinilai menggunakan metode difusi cakram dari Kirby and Baurer. Hasil zona hambat yang tebentuk dibandingkan dan di uji analisa Post-hoc Kruskall Wallis dan uji korelasi menggunakan Post-hoc pairwise Wilcoxon test dengan p<0,05 dianggap signifikan.
Hasil: Skrining fitokimia didapatkan metabolit sekunder pada ekstrak kasar etanol, fraksi air, dan fraksi etil asetat yaitu fenol, triterpenoid, dan alkaloid. Pada fraksi n-Heksana yaitu triterpenoid dan alkaloid. Zona hambat pada S.aureus secara berturut-turut 0,00±0,00 mm (p<0,05); 10,44±1,91 mm (p<0,05); 8,58±0,58 mm (p<0,05); dan 10,7±0,59 mm (p<0,05), sedangkan pada E. coli secara berturut-turut 0,00±0,00 mm (p<0,05); 13,55±5,55 mm (p<0,05); 22,06±1,61 mm (p<0,05); dan 0.00±0,00 mm. Hasil uji korelasi Post-hoc pairwise Wilcoxon test menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penghambatan bakteri dipengaruhi oleh mekanisme antibakteri yang terdapat pada metabolit sekundernya.
Kesimpulan: Proses ekstraksi dan fraksinasi menghasilkan metabolit sekunder yang berbeda. Fraksi air memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi pada S.aureus dan fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi pada E. coli.
Kata Kunci: Cinnamomum burmannii, Ekstrak kasar etanol, Fraksinasi, Zona hambat, Antibakteri