Deteksi Metabolit Sekunder pada Daun Mentimun (Cucumis sativus) melalui Analisis Histokimia dan Potensinya sebagai Kandidat Sediaan Obat Jerawat secara In Silico
Abstract
Penggunaan antibiotik secara besar-besaran di masyarakat memicu terjadinya resistensi
terhadap bakteri, seperti bakteri Propionibacterium acnes penyebab jerawat. Pengembangan
obat-obatan perlu dilakukan khususnya pada tanaman herbal yang memiliki potensi untuk
diteliti sebagai sediaan obat jerawat. Salah satu di antara tanaman yang diketahui berpotensi
adalah mentimun. Mentimun (Cucumis sativus) merupakan tumbuhan yang tergolong dalam
familia Cucurbitaceae dan memiliki kandungan senyawa yang potensial untuk
dikembangkan seperti, fenol, flavonoid, dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun mentimun melalui analisis
histokimia dan potensi senyawa aktifnya sebagai kandidat obat jerawat secara in silico.
Analisis histokimia dilakukan dengan preparasi daun segar melalui sayatan bawah daun
dengan cara ditetesi reagen pendeteksi metabolit sekunder (CuSO4, FeCl3, Wagner, AlCl3 &
FeCl3+NaCO3) kemudian diamati perubahan warnanya secara mikroskopis. Pengujian in
silico bertujuan untuk mengetahui sifat fisikokimia dengan Lipinski rule of five, sifat
farmakokinetik Absorbtion, Distribution, Metabolism, Excretion, dan Toxicity (ADME & T)
dengan pkcsm online tool dan interaksi senyawa aktif dengan KASIII dan JNK1 sebagai
target obat jerawat melalui molecular docking. Software dan webserver pendukung yang
digunakan yaitu KNApSAcK, Pubchem, Dr. Duke’s, RCSB PDB, PyRx, Biovia Discovery
dan Chimera 1.15. Hasil penelitian histokimia menunjukkan bahwa daun mentimun positif
mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu terpenoid, flavonoid, alkaloid, tanin, dan
fenol. Sedangkan dari analisis in silico diketahui isovitexin, cucurbitacin B & C memiliki
sifat fisikokimia yang cukup baik namun sifat farmakokinetiknya hanya isovitexin dan
cucurbitacin C yang paling baik. Berdasarkan hasil molecular docking terdapat ikatan asam
amino yang sama antara isovitexin dengan kontrol pada receptor JNK1 yaitu pada asam
amino Ile:32, Val:40 dan Leu:168 dan didukung dengan nilai RMSD di bawah 2 Å serta
nilai binding affinity yang rendah sehingga diprediksi yang paling efektif dalam menghambat
JNK1. Namun, ke-empat senyawa aktif diprediksi tidak berpotensi menghambat KASSIII
karena tidak adanya ikatan asam amino yang sama dengan kontrol walaupun memiliki nilai
RMSD di bawah 2 Å dan nilai binding affinity yang rendah