Hubungan Posisi Kerja dan Lama Kerja Terhadap Keluhan Nyeri Regio Leher dan Bahu pada Penjahit di Kota Malang
Abstract
Pendahuluan: Nyeri leher dan bahu pada penjahit berkaitan dengan posisi kerja yang kurang tepat seperti menunduk, membungkuk, siku dan lutut menekuk dalam durasi lama. Kondisi ini dapat menurunkan produktivitas dan kualitas kerja penjahit. Namun belum diketahui peran posisi dan durasi kerja dengan nyeri leher dan bahu para penjahit di Kota Malang sehingga perlu dilakukan penelitian.
Metode: Studi deskriptif analitik cross sectional dilakukan pada penjahit rumahan berusia 18 – 60 tahun dan telah bekerja minimal satu tahun di Kota Malang. Posisi kerja dinilai dengan Rapid Entire Body Assessment. Nyeri leher diukur dengan kuesioner Neck Disability Index, dan nyeri bahu diukur dengan kuesioner Nordic Body Map. Data diolah dan dianalisa dengan p<0,05 dianggap signifikan.
Hasil: Hasil korelasi Spearman posisi vs nyeri leher diperoleh p=0,015 r=0,244. Posisi vs nyeri bahu diperoleh p=0,000 r=0,451. Durasi vs nyeri leher diperoleh p=0,001 r=0,328. Durasi vs nyeri bahu diperoleh p=0,029 r=0,218 yang artinya signifikan berhubungan. Hal ini diduga karena kurang tepatnya posisi kerja dan durasi kerja diatas normal menyebabkan kontraksi otot berlebihan sehingga menimbulkan keluhan nyeri.
Kesimpulan: Posisi kerja dan durasi kerja berhubungan dengan risiko kejadian nyeri leher dan nyeri bahu pada penjahit di Kota Malang.
Kata Kunci: Nyeri leher, nyeri bahu, posisi kerja, durasi kerja, penjahit