Pengaruh Beban Kerja, Usia dan Indeks Massa Tubuh Terhadap Risiko Nyeri Leher dan Bahu pada Buruh Angkut di Kabupaten Malang
Abstract
Pendahuluan: Buruh angkut adalah pekerjaan yang memiliki aktivitas berat seperti mengangkat, menarik dan menahan beban barat yang dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lama. Aktivitas tersebut dapat menyebabkan peregangan otot berlebihan sehingga berisiko tinggi terjadinya keluhan nyeri otot dan cedera pada otot. Kejadian nyeri leher dan bahu pada pekerja di Amerika Serikat sebesar 56-65% sedangkan di Indonesia sebesar 71% mengeluhkan nyeri leher dan 9,5% mengeluhkan nyeri pada area bahu. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dilakukan agar terdapat upaya pencegahan terhadap adanya keluhan nyeri pada buruh angkut.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden terdiri atas 100 pekerja buruh angkut di lima Kecamatan Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) dan Neck Disability Index (NDI) dengan variabel bebas terdiri dari beban kerja, IMT dan usia sedangkan variabel terikat adalah nyeri leher dan bahu. Analisa data menggunakan uji Spearman, dilanjutkan dengan Uji Kruskal Wallis.
Hasil: asil analisis hubungan beban kerja terhadap nyeri leher dan bahu memiliki nilai p sebesar 0,047 dan 0,017 (signifikan) dengan nilai komparasi sebesar 0,017 dan 0,045. Analisis hubungan pada usia memiliki nilai p sebesar 0,013 dan 0,001 (signifikan) dengan nilai komparasi sebesar 0,013 dan 0,019. Analisis hubungan pada IMT memiliki nilai p sebesar 0,024 dan 0,000 (signifikan) dengan nilai komparasi sebesar 0,002 dan 0.000. Pada uji komparasi, perbedaan nilai komparasi menunjukkan kekuatan pengaruh kategori tiap variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kesimpulan: Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antar variabel terhadap risiko nyeri leher dan bahu sedangkan dari hasil uji komparasi menyatakan terdapat perbedaan pengaruh antar variabel terhadap tingkat risiko nyeri leher dan bahu, dengan beban kerja kategori sangat berisiko, usia 46-55 tahun, dengan IMT kategori obesitas merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap terjadinya risiko nyeri leher dan bahu.
Kata Kunci: Beban kerja, Usia, IMT, Nyeri leher dan bahu, Buruh angkut