dc.description.abstract | Pembelajaran al-Qurān bagi anak berkebutuhan khusus masih menghadapi
tantangan besar. Problematika tersebut meliputi kurangnya fasilitas dan sumber
daya yang memadai untuk mendukung kebutuhan khusus mereka. Selain itu,
metode pengajaran yang ada di Indonesia belum sepenuhnya inklusif dan adaptif
terhadap berbagai jenis disabilitas sering menjadi kendala. Terbatasnya pelatihan
bagi pengajar dalam menangani anak berkebutuhan khusus juga menghambat
efektivitas proses pembelajaran tahfidz. Data menunjukkan banyak anak disabilitas
di Indonesia tidak mengenyam pendidikan formal maupun agama. MAN 2 Sleman
dan Pondok Pesantren Dārul Ashom di Yogyakarta merupakan dua lembaga yang
telah menginisiasi program pembelajaran agama khususnya tahfīẓ al-Qurān
berbasis inklusif dengan hasil yang positif. Hal itu menunjukkan bahwa masih
terbuka peluang besar untuk memunculkan lembaga pembelajaran al-Qurān lain
yang memfasilitasi anak berkebutuhan khusus.
Penelitian ini berfokus pada (1) Bagaimana desain pembelajaran tahfīẓ al Qurān bagi anak berkebutuhan khusus di MAN 2 Sleman dan pondok pesantren
Dārul Ashom? (2) Bagaimana proses pembelajaran tahfīẓ al-Qurān bagi anak
berkebutuhan khusus di MAN 2 Sleman dan pondok pesantren Dārul Ashom? (3)
Bagaimana model pembelajaran tahfīẓ al-Qurān bagi anak berkebutuhan khusus di
MAN 2 Sleman dan pondok pesantren Dārul Ashom? Ketiga fokus ini diharapkan
mampu memberi gambaran utuh mengenai kurikulum tahfīẓ berbasis inklusi.
Penelitian mengaplikasikan pendekatan kualitatif dengan desain multiple
case studi. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling
purposive dan snowball. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara
mendalam dan dokumentasi. Analisis penelitian ini menggunakan teknik analisis
kualitatif interaktif Miles dan Huberman. Keabsahan data diuji melalui empat
kriteria uji yaitu uji kredibilitas, uji keteralihan, kebergantungan dan uji objektifitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain, proses dan model pembelajaran
tahfīẓ al-Qurān bagi anak berkebutuhan khusus di MAN 2 Sleman dan pondok
pesantren Dārul Ashom sudah berjalan secara efektif. Desain pembelajaran
dilakukan dengan analisis latar belakang serta penentuan tujuan yang jelas guna
mencapai pembelajaran yang terfokus dan terarah. Program ini melibatkan
kolaborasi antara guru pengampu tahfīẓ dan guru pembina anak berkebutuhan
khusus, serta menerapkan penilaian berkala untuk menjaga kualitas dan
memberikan umpan balik yang memotivasi siswa. Selain itu, fleksibilitas dalam
kriteria penilaian juga diperlukan untuk memaksimalkan potensi siswa dengan
mempertimbangkan kekhususan mereka. Proses pembelajaran tahfīẓ al-Qurān bagi
anak berkebutuhan khusus menggabungkan prinsip-prinsip inklusi, seperti
assessment kemampuan individu dan pemberian fasilitas yang sesuai baik terhadap
inklusifitas maupun prinsip-prinsip pembelajaran tahfīẓ secara umum, seperti pengulangan dan evaluasi berkala. Implementasi program menekankan pada
adanya interaksi antara guru tahfīẓ dan guru pembina anak berkebutuhan khusus.
Pemberian motivasi juga dilakukan melalui pemberian reward tanpa adanya
hukuman sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran Skinner. Kemudian
pembelajaran tahfiz al-Qur'an bagi anak berkebutuhan khusus mengadopsi model
talaqqi dan musyafahah. Model tersebut berisikan guru memberikan contoh,
menyimak, dan mengoreksi bacaan serta hafalan siswa secara langsung. Siswa
berkebutuhan khusus juga menggunakan model gabungan, yaitu model wahdah dan
sima' atau model wahdah dan kitābah untuk menghafal al-Qur'an disertai dukungan
media yang sesuai dengan kebutuhan indera mereka. | en_US |