dc.description.abstract | Indera penglihatan manusia memiliki peran penting dalam produksi bahasa sebab dari situlah manusia mendapatkan stimulus untuk diteruskan ke otak kemudian terjadilah produksi bahasa secara lisan ataupun tulis. Namun, anak dengan indera penglihatan terbatas tentu memiliki keterbatasan pula dalam memperoleh stimulus sebagai bagian dari produksi bahasa. Anak tunanetra harus memaksimalkan indera-indera yang lain, seperti indeera perabaan agar dapat memperoleh stimulus atau rangsangan tersebut. Banyak penelitian yang terfokus hanya pada kemampuan melihat anak tunanetra, seperti kemampuan membacanya. Padahal ketunanetraannya juga memberikan dampak secara tidak langsung pada kemampuan lainnya, salah satunya kemampuan berbicara.
Penelitian ini terfokus pada kemampuan berbicara anak tunanetra di SLB Sari Wiyata Blitar, faktor pendukung kemampuan berbicara anak tunanetra di SLB Sari Wiyata Blitar, dan kendala berbicara anak tunanetra di SLB Sari Wiyata Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah guru dan anak tunanetra SLB-A Sari Wiyata Blitar. Prosedur pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya, peneliti menganalisis data dengan cara mereduksi data, klasifikasi data, interpretasi data, verifikasi data, serta menarik kesimpulan dari keseluruhan jawaban informan. Sedangkan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ada tiga yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Kemampuan berbicara anak tunanetra di Sekolah Luar Biasa (SLB) Sari Wiyata Blitar berbeda-beda, ada yang terampil dan ada yang tidak, (2) Faktor pendukung kemampuan berbicara anak tunanetra di SLB Sari Wiyata Blitar antara lain, keluarga, sosial dan lingkungan sekitar, dan latihan mendengar, (3) Kendala paling utama yang dialami anak tunanetra di SLB Sari Wiyata Blitar ketika berbicara salah satunya adalah lupa penyebutan kosakata atau istilah. Namun, kemampuan kognitif anak tunanetra tidak jauh berbeda dengan anak normal, hanya saja anak tunanetra mempunyai keterbatasan penglihatan yang menyebabkan variasi pengalamannya rendah.
Simpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak tunanetra di SLB Sari Wiyata Blitar berbeda-beda. Anak tunanetra yang memiliki kepercayaan diri yang bagus lebih memiliki peluang untuk terampil berbicara. Kendala yang sering ditemui peneliti pada kemampuan berbicara anak tunanetra di SLB Sari Wiyata Blitar adalah lupa penyebutan istilah atau kosakata dan juga kurangnya rasa percaya diri. Hal ini tentunya membutuhkan dukungan semua pihak, baik dari keluarga, lingkungan sekitar, dan lingkungan sekolah untuk memberikan perhatian khusus untuk mendidik dan melatih kemampuan berbicara anak tunanetra.
Kata Kunci : Kemampuan Berbicara, Anak Tunanetra, Sekolah Luar Biasa (SLB) | en_US |