Perilaku Distortif Peserta Didik dari Keluarga Tidak Harmonis (Broken Home) di SMPN 13 Malang
Abstract
Masa remaja merupakan masa di mana seseorang berada dalam proses peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Rentang usia remaja biasanya dimulai dari umur 12 sampai 18 tahun. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) umumnya masuk pada kategori remaja awal yaitu usia 12 hingga 15 tahun. Dimana mereka sedang mengalami banyak perubahan perilaku, fisik, emosional, dan sosial. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah keluarga. SMPN 13 Malang adalah sekolah yang memiliki peserta didik dengan berbagai latar belakang keluarga, termasuk keluarga tidak harmonis. Kondisi keluarga yang tidak harmonis mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan perilaku peserta didik, karena keluarga adalah tempat dimana mereka berinteraksi dan bersosialisasi, mengenal diri, membentuk karakter dan mendapatkan penanaman nilai-nilai perilaku dasar.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kondisi keluarga tidak harmonis peserta didik di SMPN 13 Malang, perilaku distortif peserta didik dari keluarga tidak harmonis (broken home) dan hubungan antara kondisi keluarga tidak harmonis (broken home) dengan perilaku peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Informan penelitian ini yaitu guru bimbingan konseling, guru kelas, lima peserta didik dari kelas VII dan VIII yang teridentifikasi berasal dari keluarga tidak harmonis yaitu peserta didik berinisial SM, RR, CR, DD, dan KL. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi keluarga yang tidak harmonis berpengaruh signifikan terhadap perilaku distortif peserta didik. Perilaku distortif yang ditunjukkan meliputi perilaku agresivitas fisik, perilaku agresivitas verbal, perilaku menentang (tidak mematuhi aturan sekolah), menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi diri). Faktor utama penyebab perilaku distortif ini adalah kondisi keluarga yang mengalami perceraian, perselingkuhan, konflik keluarga berkepanjangan, kekerasan dalam rumah tangga, dan orang tua yang terlalu sibuk. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kondisi keluarga tidak harmonis dengan perilaku distortif peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pihak sekolah, guru, dan orang tua untuk mengatasi dan mencegah perilaku distortif pada peserta didik dari keluarga tidak harmonis.
Kata Kunci : Perilaku Distortif, Peserta Didik, Broken Home