Pengembangan Modul Ajar Teks Cerita Rakyat Berbasis Budaya Lokal Folklor Asal Usul Tempat di Kabupaten Pasuruan
Abstract
Perubahan kurikulum dari Kurikulum 13 ke Kurikulum Merdeka yang diterapkan di sekolah kurang disertai dengan kesiapan sumber belajar menjadikan ketersediaan modul ajar masih sangat terbatas. Materi teks cerita rakyat dalam buku peserta didik yang disajikan tidak diberikan contoh yang disesuaikan dengan karakteristik dan lingkungan peserta didik atau kurang bersifat kontekstual. Sumber belajar teks cerita yang telah ada belum mencerminkan identitas kebudayaan lokal yang disesuaikan dengan kurikulum merdeka. Peserta didik zaman sekarang cenderung tidak tahu dan tidak mengenal cerita rakyat yang ada di daerahnya. Peserta didik lebih banyak diberikan dan dikenalkan materi tentang cerita rakyat yang ada di luar daerah yang bersifat nasional. Seharusnya guru lebih memperhatikan cerita rakyat daerah setempat sehingga peserta didik dapat mengenal dan melestarikan cerita rakyat daerah agar tidak punah dan tetap berkembang sampai akhir zaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul ajar teks cerita rakyat kelas X berbasis budaya lokal folklor asal usul tempat di Kabupaten Pasuruan, serta mengetahui kelayakan modul ajar dan respon peserta didik terhadap penggunaan modul ajar. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan 4-D oleh Thiagarajan (1974) dengan tiga tahapan yang telah dimodifikasi, yaitu 1) pendefinisian (define), 2) perancangan (desain), dan 3) pengembangan (development). Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada pengembangan modul ajar ini berupa observasi, wawancara, lembar validasi, angket respon guru dan peserta didik, serta dokumentasi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan pengembangan modul ajar melalui beberapa proses yaitu analisis awal-akhir, analisis peserta didik, analisis materi, analisis tugas, dan analisis tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan gaya belajar peserta didik yaitu visual dan audiotorial berupa media cetak dan media digital flipbook. Hasil penyajian modul ajar disesuaikan dengan format sistematika Kurikulum Merdeka terdiri dari 1) informasi umum, 2) komponen inti, dan 3) lampiran. Bahan bacaan teks cerita rakyat dalam modul ajar meliputi kisah legenda Gunung Bromo, asal usul Banyubiru, dan legenda Danau Ranu Grati. Uji kelayakan modul ajar dilakukan dengan 1) validasi ahli materi memperoleh skor 93,3% dengan kriteria sangat layak/sangat valid, 2) validasi ahli media/kegrafikan memperoleh skor 78,4% dengan kriteria layak/valid, 3) validasi ahli bahasa memperoleh skor 93,6% dengan kriteria sangat layak/sangat valid, 4) praktisi guru bahasa Indonesia memperoleh skor 92 % dengan kriteria sangat layak/sangat valid, dan 5) respon peserta didik kelas X MA YTI Nguling memperoleh skor 93,5% dengan kategori sangat praktis. Berdasarkan data hasil penilaian tersebut disimpulkan bahwa modul ajar teks cerita rakyat berbasis folklor asal usul tempat di Kabupaten Pasuruan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah. Kelebihan dalam pengembangan modul ajar ini terletak pada penyajian contoh-contoh teks yang memanfaatkan karya tradisional berupa folklor cerita rakyat daerah setempat yang mengandung nilai-nilai pengetahuan lokal. Kekurangan dalam modul ajar ini pada desain tampilan modul dan keterbatasan teks cerita rakyat yang dibahas sehingga peneliti berikutnya dapat mengembangkan modul ajar dengan tampilan dan konsep yang lebih menarik, kreatif, dan inovatif.
Kata Kunci: pengembangan, modul ajar, teks cerita rakyat, budaya lokal, folklor