dc.description.abstract | Produk komoditas pangan mempunyai kepentingan strategis yang besar dan harus dikembangkan lebih lanjut berdasarkan prioritas. Konsumsi pangan rumah tangga masih didominasi oleh komoditi beras. Oleh karena itu Terigu sebagai komoditas pangan strategis mempunyai implikasi penting bagi penyediaan pangan yang mendukung ketahanan pangan. Terigu dapat menjadi sumber karbohidrat yang mudah diakses oleh masyarakat. Jawa timur merupakan salah satu provinsi yang mempunyai peranan penting dalam bidang pertanian di Indonesia. Penggunaan terigu di Jawa Timur ini bias di bilang cukup tinggi hal ini bias dilihat dengan adanya banyak sekali olahan makanan yang berbasis terigu. Hal ini yang mendasari peneliti untukmengangkat judul tersebut dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terigu rumah tangga di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan data statistik ketahanan pangan tahun 2021 dapat diketahui bahwa kelompok bahan pangan tertinggi yakni pada kelompok bahan padi – padian. Adapun bahan terigu merupakan bahan pangan terbesar ke-3 setelah beras dan jagung yang dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Timur. Dapat diketahui bahwa bahan terigu diperoleh dari gandum yang mana negara Indonesia mendapatkan gandum dengan melakukan hamper 100% impor dari beberapa negara seperti Australia dan Kanada. Konsumsi bahan terigu di Indonesia semakin meningkat sehingga menyebabkan impor gandum yang dilakukan Indonesia pun mengalami kenaikan 10-11 juta ton setiap tahun sejak 2016 tetapi mengalami penurunan akibat perang Rusia-Ukraina yang berpengaruh terhadap impor gandum di Indonesia. Di Jawa Timur angka konsumsi masyarakat terhadap bahan terigu mengalami peningkatan serta penurunan (fluktuatif) dalam kurun waktu lima tahun mulai dari tahun 2017-2021.
Penelitian menggunakan pendekatan secarra deskriptif kuantitatif. Pemelihan provinsi Jawa Timur sebagai lokasi penelitian karena provinsi Jawa Timur merupakan provinsi penopang kekuatan enokomi Indonesia dengan PDB sebesar 15% dan memiliki jumlah rumah tangga Jawa Timur yang tinggi. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data Susenas pada tahun 2022 dan literatur lainya. Sempel yang digunakan adalah sejumlah 32.454 rumah tangga yang diambil atas dasar ketersediaan data pada BPS. Metode analisi data yang digunakan yakni analisis regresi linier berganda dengan menggunakan beberapa uji kelayakan data seperti koefisien determinasi, uji f dan uji t.
Model permintaan pangan rumah tangga terhadap terigu di Jawa Timur sebagai berikut:
Y = 40,646 - 0,007 P(trg) + 1,224E-10 P(jb) + 2,136E-9 P(ktg) - 7,276E-10 P(kp) + 2,731E-9P(kr) + 1,063E-9 P(t) - 3,180E-7 (Prt) + 4,058 (Jart) + e
Diketahui nilai koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,570. Besarnya angka koefisien determinasi (R Square) adalah 0,570 atau sama dengan 57%. Angka tersebut mengandung arti bahwa sebesar 57% variabel terikat (konsumsi terigu) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (harga terigu, harga jagung basah, harga kentang, harga ketela pohon, harga ketela rambat, harga telur, pendapatan anggota rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga). Sedangkan sisanya (100%-57% = 43 %) dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti. Diketahui faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi terigu di Jawa Timur yakni harga terigu, harga kentang, harga ketela rambat, harga telur dan jumlah anggota keluarga. Model tersebut menghasilkan nilai F hitung 7.809>2,01 dengan signifikansi F 0,000< α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (konsumsi terigu). Pengaruh tersebut karena adanya indikator dari variabel bebas sebagai dasar atau landasan dalam pengambilan keputusan rumah tangga terhadap pola konsumsi rumah tangga mereka. Terkait hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa adanya pengaruh dari variabel bebas secara signifikan terhadap variabel terikat dapat terbukti.
Mengingat bahan dari terigu ini hampir 100% impor dan terigu ini banyak dikonsumsi masyarakat Jawa Timur maka apabila terdapat kenaikan harga terigu yang mengakibatkan barang terigu menjadi langka dan diharapakan kepaada semua elemen masyarakat dapat mengganti terigu yang berbahan utama gandum dapat dialihkan ke tepung yang berasal selain gandum seperti tepung beras, tepung singkong tepung jagung dan lainya. Bagi Pemerintah bias memperhatikan terkait sektor pertanian ini tidak hanya komoditas padi, melainkan juga komoditas lain seperti terigu karena terigu ini banyak dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat Jawa Timur. Pemerintah diharapkan bisa menstabilkan harga supaya kebutuhan komoditas terigu ini juga bisa terpenuhi. Karena itu juga berpengaruh terhadap pemerataan pangan. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menambah variabel penelitian yang mempengaruhi keputusan konsumsi sehingga dapat memiliki berbagai macam referensi dalam merancang strategi yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga.
Kata Kunci : Analisis, Faktor-Faktor, Pola Konsumsi, Terigu, Jawa Timur | en_US |