Analisis Penggunaan Bahasa Perksptif Gender Pada Status Twitter
Abstract
Teknologi pada era globalisasi ini telah berkembang sangat pesat sehingga
menuntut kecepatan arus informasi, salah satunya ialah pekembangan teknologi
informasi berupa internet. Kemunculan internet dengan keragaman bentuk dan
fungsinya, terutama dalam mendukung kebutuhan masyarakat untuk menggali sebuah
informasi dari mana saja yang dapat di akses dalam media sosial. Di Indonesia
popularitas media jejaring sosial yang sering digunakan baik dari kalangan tua
maupun mudah untuk memberikan sumber informasi yang begitu besar yang tidak
mudah didapatkan di media sosial lainnya adalah twitter, melalui twitter pengguna
dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya dari komputer, gawai, maupun perangkat
mobile, secara efektif dari manapun dan kapanpun. Dengan twitter, orang bisa
mengenal satu sama lain lebih jauh, hanya melihat profil, fitur pertemanan, status dan
kronologi, juga melalui foto yang mereka tampilkan. Di samping itu, gender
mengidentifikasi adanya pengaruh terhadap penggunaan twitter melalui bahasa yang
digunakan.
Penelitian ini bertujuan mengdeskripsikan penggunaan bahasa pada status
twitter dalam menggunakan teori tentang bahasa dan gender melalui struktur
kebahasaan dan karakteristik kebahasaan yang digunakan pengguna laki-laki maupun
perempuan, serta menguraikan perbandingan gender melalui tema/konsep maskulin
dan femenim. Penilitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan
proses pengumpulan data dilakukan dengan metode penyimakan. Kemudian data
tesebut digolongkan menjadi dua, yaitu struktur kebahasaan yang dikemukakan oleh
Hasan Busri (2015) dan karakteristik kebahasaan berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Coates (1986) dan Lakoff (1975), serta menguraikan perbandingan
penggunaan bahasa melalui tema/konsep maskuin dan feminim yang diungga.
Selanjutnya hasil dari analisis disajikan dalam bentuk informal dan teknik analisis
deskripsi.
Hasil penelitian ini menunjukan pada bagian struktur kebahasaan yang
ditemukan pada perempuan sering memakai bentuk struktur tidak lengkap sehingga
terkadang masih membutukan klasifikasi, akan tetapi juga pengguna perempuan
mengunggah status pajang yang bertele-tele untuk menjelaskan sesuatu/seseorang.
Sementara pengguna laki-laki sering memakai bentuk struktur lengkap sehingga tidak
membutukan klasifikasi bagi pembaca, pengguna laki-laki juga mengunggah status
pajang untuk memberikan informasi, pengatahuan baru dan mengkritik sesuatu. Pada
bagian karakteristik kebahasaan pengguna perempuan maupun laki-laki memakai
karakteritik yang sama, akan tetapi dalam jumlah penggunaannya jauh berbeda.
Pengguna laki-laki menggunakan teori yang dikemukakan oleh Coates (1968) dalam
Niswatin (2016:11) tentang perbedaan bahasa perempuan dengan bahasa laki-laki
secara linguistik. Coates mengungkapkan beberapa perbedaan tersebut seperti
swearing and taboo language dan command and directives atau impolite forms.
Sementara perempuan menggunakan teori yang di kemukakan oleh Lakoff (1975)
ialah istilah warna (precise color terms), empty adjectives, intonasi pertanyaan
(rising intonation on declaratives), hadge, intensifier, bahasa baku (hypercorrect
grammar), sopan santun (super polite forms), tag questions, menghindari kata
umpatan yang kasar (avoidance of strong swear words), emphatic stress. Untuk
temuan terakhir yakni perbandingan penggunaan bahasa antara pengguna laki-laki
maupun perempuan terlihat dari tema/konsep yang diungga. Pengguna laki-laki
sering menggungga tema-tema yang menggambarkan sisi maskulinnya dan
perempuan menggungga tema-tema yang mengambarkan sisi feminimya. Selain dari
perbandian antara pengguna laki-laki maupun perempuan dapat didapati dari aspek
bentuk kebahasaan maupun penggunaan emoticon, bahasa daerah, bahasa asing, dan
bahasa Indonesia.