dc.description.abstract | Desa Klepu merupakan sebuah desa dengan penduduk plural dimana
penduduknya sebagian beragama Katholik dan sebagian lagi beragama Islam, 1.728
jumlah pendudukanya beragama Islam dan 1.029 beragama Katholik dan selebihnya
yakni 16 orang penduduk memeluk agama Protestan, dalam suasana yang plural ini
penduduk desa Klepu memiliki budaya toleransi yang tinggi, terdorong dari hal
tersebut penelitian ini bertujuan untuk menemukan :1)Nilai-nilai toleransi berbasis
pendidikan Islam multikultural yang terdapat di masyarakat desa Klepu, 2)Proses
enkulturasi nilai toleransi berbasis pendidikan Islam multikultural di masyarakat
muslim desa Klepu, 3) Model enkulturasi nilai toleransi berbasis pendidikan Islam
multikultural dalam masyarakat plural.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis etnografi,
pengumpulan data lapangan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Proses analisis terhadap data yang telah dikumpulkan menggunakan
analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Spradley dengan melibatkan empat
tahapan utama, yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan
penemuan tema-tema budaya.
Hasil penelitian ini menemukan adalah sebagai berikut: 1) masyarakat Desa
Klepu yang terdiri dari dua kelompok agama ini hidup dalam iklim toleransi antar
pemeluk agama dengan didasari atas lima nilai toleransi yaitu; nilai kasih sayang,
nilai kebebasan memeluk agama, nilai kesantunan dalam berdakwah, nilai
penghargaan terhadap umat lain, nilai saling mengenal di tengah keragaman, dan
Nilai keseimbangan dan keadilan. 2) Proses enkulturasi atau pewarisan nilai-nilai
toleransi berbasis pendidikan Islam multicultural di masyarakat desa Klepu melalui
beberapa tahap; Tahap pertama adalah tahap yaitu ;knowledge, behavior,dan identity.
3) Model enkulturasi nilai toleransi ini tersususun atas beberapa variable antara lain:,
a) nilai yang dienkulturasi meliputi; kasih sayang, kebebasan memeluk agama,
santun dalam dakwah, pengargaan, nilai saling mengenal, nilai keseimbangan, b)
Lembaga yang menjadi tempat enkulturasi; dari hasil analisis diperoleh bahwa
lembaga yang ada dan menjadi wahana enkulturasi nilai toleransi berupa lembaga
non-formal berupa : masjid, rumah warga, dan kegiatan sosial kemasyarakatan, dan
juga akan semakin kuat jika dibarengi proses yang dilakukan di lembaga formal. c)
Aktor pendidikan; pelaku-pelaku yang mendukung proses enkulturasi nilai toleransi
terdiri dari: Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Penguasa (Kepala Desa, Perangkat
Desa) d) Metode pengajaran; metode dalam proses pembelajaran nilai toleransi
beberapa metode yaitu: ceramah, praktik, dan teladan | en_US |