Pendapatan dan Nilai Tambah Kopi Biji Salak pada UD. Halwa Indoraya

Show simple item record

dc.contributor.author Indriani, Novita
dc.date.accessioned 2022-05-21T04:04:41Z
dc.date.available 2022-05-21T04:04:41Z
dc.date.issued 2022-02-06
dc.identifier.uri http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/3701
dc.description.abstract Perekonomian di Indonesia masih di dominasi oleh lapangan usaha industri pengolahan sebesar 19,15% diikuti oleh pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 14,30%. Sektor industri memiliki kontribusi besar terhadap PDB, memiliki peran sebagai penyerap lapangan tenaga kerja selain itu sektor industri dapat menciptakan nilai tambah dari berbagai produk yang dihasilkan. Agroindustri sangat membantu di dalam sektor pertanian karena dapat merubah produk olahan yang memiliki karakterstik mudah rusak (perishable) dan tidak tahan lama menjadi seuatu produk baru, sehingga menjadikan produk yang memilki daya simpan cukup lama. Salah satu agroindustri di Kabupaten Jombang yang memiliki prospek baik adalah agroindustri kopi biji salak, biji salak yang semula dianggap limbah ternyata dapat dijadikan sebuah produk olahan tidak hanya itu biji salak juga mengandung antioksidan yang baik untuk tubuh. Selain itu kafein yang dimiliki kopi biji salak lebih rendah daripada kandungan kafein pada kopi lainnya. Tidak hanya itu kopi biji salak memiliki rasa yang cukup unik yaitu rasa khas buah salak yang cenderung masam dan sedikit manis, tentunya ini rasa yang cukup unik. Hal inilah yang menjadi poin plus dari olahan biji salak jika diolah menjadi kopi biji salak. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis besarnya pendapatan yang diterima oleh UD. Halwa Indoraya dan 2) Menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan kopi biji salak yang dilakukan oleh UD. Halwa Indoraya. Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu di UD. Halwa Indoraya. Penelitian dilakukan selama bulan November – Desember 2021. Pendekatan penilitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis studi kasus pengunaan pendekatan studi kasus dipilih karena peneliti ingin fokus mengenai suatu masalah yang unik dan terjadi di lokasi tertentu saja sehingga diteliti secara rinci dan mendalam, kopi biji salak menjadi salah satu kasus unik dan terjadi di Kabupaten Jombang sehingga peeliti tertarik mengenai berapa besar pendapatan dan nilai tambah dari kopi biji salak. Metode analisis data menggunakan biaya, penerimaan, pendapatan, BEP harga, BEP produksi, R/C, dan analisis nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan besarnya pendapatan yang diterima dari pengolahan kopi biji salak adalah sebesar Rp. 3.983.320 dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.616.708, penerimaan dalam satu kali proses produksi sebesar Rp. 5.600.028, R/C menunjukkan nilai sebesar 3,46 nilai R/C > 1 maka usaha kopi biji salak layak untuk disuahakan, nilai R/C yang diperoleh dari pengolahan kopi biji salak cukup tinggi karena penerimaan yang diperoleh cukup besar dengan penggunaan biaya yang rendah, nilai titik impas produksi kopi biji salak sebesar 24,25/kg, nilai titik impas harga sebesar Rp. 19.247. Serta nilai tambah dalam proses pengolahan kopi biji salak sebesar Rp. 27.063 dengan rasio nilai tambah sebesar 80,55%. Balas jasa pemiliki faktor produksi lebih besar didistribusikan kepada keuntungan perusahaan daripada imbalan tenaga kerja, hal ini menunjukkan bahwa UD. Halwa Indoraya adalah agroindustri padat modal. Dilihat dari kenyataan di lapang, memang UD. Halwa Indoraya lebih banyak mengalokasikan modal untuk pembelian alat – alat penunjang produksi seperti sealer dengan harga Rp. 12.000.000 sebanyak 2 unit. Pembuatan kopi biji salak pada umumnya sama seperti dengan pembuatan kopi lainnya, bahan – bahan yang digunakan pun hanya biji salak tanpa adanya campuran bahan lain. Proses pembuatan kopi biji salak sangat sederhana, pertama kupas buah salak dan pisahkan antara daging buah, biji, dan kulit salak. Selanjutnya, jemur biji salak dibawah sinar matahari selama 1-2 hari. Langkah yang ketiga oven biji salak selama kurang lebih dua jam, proses oven berfungsi untuk memberikan warna gelap pada biji salak agar sama seperti kopi lainnya. Setelah di ovem, biji salak digiling sebanyak dua kali untuk mendapatkan tekstur yang halus. Langkah terakhir, proses pengemasan kopi biji salak. Kopi biji salak dikemas dengan berat 150gr dengan harga jual Rp. 10.000. Kopi biji salak yang diproduksi UD. Halwa Indoraya sudah memasuki pasar – pasar modern seperti Indomaret, penjualannya pun semakakin meningkat setiap tahunnya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan persepsi mengenai biji salak yang tidak dapat diolah dan tidak memberikan manfaat ternyata dapat dijadikan sebagai olahan unik, menarik, bermanfaat, dan tentunya memiliki nilai tambah dan memberikan pendapatan bagi pemilik usaha. Saran dari penelitian ini adalah 1) Pemilik usaha dapat menambahkan varian – varian produk baru seperti penambahan ekstrak jahe merah pada kopi biji salak. 2) Pemerintah Kabupaten Jombang dapat memberikan perhatian lebih kepada agroindustri kopi biji salak karena produk ini menjadi produk satu – satunya kopi biji salak di Kabupaten Jombang. 3) Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai rantai pasok, share pengeluaran, dll. Kata Kunci: Pendapatan, Nilai Tambah, Kopi Biji Salak dan UD. Halwa Indoraya. en_US
dc.language.iso other en_US
dc.publisher Universitas Islam Malang en_US
dc.subject Pertanian en_US
dc.subject Agribisnis en_US
dc.subject Pendapatan en_US
dc.subject Nilai Tambah en_US
dc.subject Kopi Biji Salak en_US
dc.subject UD. Halwa Indoraya en_US
dc.title Pendapatan dan Nilai Tambah Kopi Biji Salak pada UD. Halwa Indoraya en_US
dc.type Other en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Kolom Pencarian


Browse

My Account