dc.description.abstract | Di masa pandemi Covid-19, sektor pertanian dianggap sebagai salah satu yang bisa bertahan. Dengan tidak adanya aktivitas yang tidak perlu maka jumlah konsumsi dari masyarakat dunia termasuk Indonesia mengalami peningkatan khususnya pada komoditas bahan pokok seperti beras dan sayur mayur. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pernyataan dari dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR) Dr. Wisnu Wibowo mengatakan, aturan WFH dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di sejumlah wilayah menyebabkan meningkatnya konsumsi di masyarakat termasuk makanan dan bahan pangan pokok (Cantika, 2020).
Bangsa Indonesia dan sebagian besar penduduk di dunia menggunakan beras sebagai bahan pangan utamanya. Posisi beras sebagai bahan makanan pokok menyebabkan beras akan terus dibutuhkan manusia di kelas manapun sepanjang waktu (Fadlina, 2012). Konsumsi beras sangat besar di Indonesia, meskipun banyak komoditas substitusi yang dapat menggantikan beras namun masyarakat Indonesia tetap sangat tergantung dengan konsumsi beras setiap tahunnya. Terbukti bahwa tingkat konsumsi beras nasional di Indonesia tahun 2018 yaitu sebanyak 29,57 juta ton dan mengalami peningkatan 29,6 juta ton (BPS, 2020).
Menurut Gubernur Jawa Timur : Khofifah Indar Parawansa mengatakan, berdasarkan rilis resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, wilayah yang dipimpinnya merupakan produsen padi terbesar di Indonesia pada 2020. Produksi padi Jatim pada 2020 meningkat 0,44 juta ton menjadi 10,02 juta ton dari 9,58 juta ton pada 2019
(Pratiwi, 2020).
Kenaikan pada produksi padi di Jawa Timur ini tidak berbanding lurus dengan kenaikan harga beras oleh karena itu pemerintah mengusahakan stabilitas harga demi menjaga ketahanan pangan dan agar tidak terjadi volatilitas harga yang tinggi. Dari data harga beras pada gambar 1 dapat diambil kesimpulan bahwa harga beras IR64 dari tahun ke tahun di Jatim mengalami fluktuasi harga dengan tingkat maximum ada pada tahun 2018 dan tahun 2020, hal ini menunjukkan bahwa harga beras tidak selalu stagnan pada angka tertentu meski telah di berikan stabilitas oleh pemerintah sendiri.
Perubahan harga ini di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu harga barang substitusi, populasi, tingkat inflasi, tingkat produksi, konsumsi dan luas panen Muljawan dan Alibaba (2009: 117), Setiawati dkk (2018: 7). Beberapa variabel diatas merupakan variabel yang memiliki potensi tertinggi dalam peran untuk mempengaruhi harga beras di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Populasi, Tingkat Inflasi, Tingkat Produksi Dan Konsumsi, Luas Panen dan Harga Barang Substitusi secara simultan terhadap harga beras IR64. Data penelitian menggunakan data sekunder berupa data time series tahunan dimulai dari tahun 2010 sampai dengan 2019. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan variabel dependent yaitu harga beras IR64 dan Populasi, Tingkat Inflasi, Tingkat Produksi Dan Konsumsi, Luas Panen dan Harga Barang Substitusi sebagai variabel independent.
Dari penelitian ini di dapatkan hasil (1) Variabel Populasi, Tingkat Inflasi, Tingkat Produksi, Tingkat Konsumsi, Luas panen dan Harga Barang Substitusi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Harga Beras, (2) Variabel Populasi, Tingkat Inflasi, Tingkat Produksi dan Tingkat Konsumsi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Beras IR64 di Kota Malang secara parsial, (3) Variabel Luas Panen dan Harga Barang Substitusi tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Beras IR 64 di Kota Malang, Variabel Populasi, Tingkat Inflasi dan Tingkat Produksi memiliki pengaruh yang positif terhadap harga beras namun variabel Tingkat Konsumsi memiliki pengaruh yang negatif terhadap harga beras IR64.
Implikasi dari variabel Populasi, Tingkat Inflasi, Tingkat Produksi, Tingkat Konsumsi, Luas Panen, Barang Substitusi secara bersama-sama memiliki nilai sig berjumlah 0,035 yang berarti berpengaruh signifikan terhadap Harga Beras,
Implikasi dari variabel Populasi terhadap Harga Beras mendapatkan nilai sig berjumlah 0,002 dengan koefisien regresi positif 4,756 yang berarti bahwa variabel Populasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Harga Beras. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan bahwa jika Populasi meningkat maka meningkat pula Harga Beras di Kota Malang.
Implikasi dari variabel Tingkat Inflasi terhadap Harga Beras mendapatkan nilai sig berjumlah 0,001 dengan koefisien regresi positif 2,472 yang berarti bahwa variabel Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Beras. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan bahwa jika Tingkat Inflasi meningkat maka meningkat pula Harga Beras di Kota Malang.
implikasi dari variabel Tingkat Inflasi terhadap Harga Beras mendapatkan nilai sig berjumlah 0,001 dengan koefisien regresi positif 2,472 yang berarti bahwa variabel Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Beras. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan bahwa jika Tingkat Inflasi meningkat maka meningkat pula Harga Beras di Kota Malang.
implikasi dari variabel Tingkat Produksi terhadap Harga Beras mendapatkan nilai sig berjumlah 0,049 dengan koefisien regresi negatif 0,959 yang berarti bahwa variabel Tingkat Produksi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel Harga Beras. Pengaruh negatif tersebut dapat diartikan bahwa jika Tingkat Produksi meningkat maka Harga Beras di Kota Malang ikut menurun.
implikasi dari variabel Tingkat Konsumsi terhadap Harga Beras mendapatkan nilai sig berjumlah 0,017 dengan koefisien regresi positif 0,262 yang berarti bahwa variabel Tingkat Konsumsi berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Beras. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan bahwa jika Tingkat Konsumsi meningkat maka meningkat pula Harga Beras di Kota Malang.
Luas Panen Inflasi terhadap Harga Beras mendapatkan nilai sig berjumlah 0,421 dengan koefisien regresi positif 0,045 yang berarti bahwa variabel Luas Panen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Beras. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan bahwa jika Tingkat Inflasi meningkat maka meningkat pula Harga Beras di Kota Malang dengan jumlah pengaruh yang kecil.
implikasi dari variabel Barang Substitusi terhadap Harga Beras mendapatkan nilai sig berjumlah 0,493 dengan koefisien regresi positif 0,369 yang berarti bahwa variabel Barang Substitusi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga
Beras. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan bahwa jika Tingkat Inflasi meningkat maka meningkat pula Harga Beras di Kota Malang.
Kata Kunci : Faktor-Faktor, Fluktuasi, Harga Beras IR64 | en_US |