Genealogi Pengajaran Islam di Pesantren (Kajian Pemikiran KH. Zaini Mun’im dan KHR. As’ad Syamsul Arifin Tentang Agama dan Kebangsaan)
Abstract
Pesantren adalah lembaga pedagogik yang memiliki nilai historis kuat dalam rekam jejak
sejarah nusantara. Lembaga ini menjadi salah satu penggerak pertama dalam upaya mengedukasi
muslim nusantara. Ada satu hal yang membuat perbedaan antara tradisi intelektual pesantren dan
pendidikan lainnya, yaitu keberadaan sanad keilmuan (genealogi pengajaran). Dalam perspektif
Ibn Qayyim Al- Jauzy, sanad bisa dibilang melampaui linieritas eksotologis dari pengetahuan
Islam yang biasa disebut ‘ilm al- jally. Tidak hanya itu, Imam Syafi'i pernah berkata bahwa jika
pengetahuan tidak dihafal oleh sanad dalam buku itu, maka orang- orang zindiq akan berkhotbah
di mimbar. Dan pepatah terkenal Imam Abdullah bin Mubarak mengatakan, sanad adalah bagian
dari agama, jika tanpa sanad pasti orang akan mengatakan apa pun yang mereka inginkan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan memberikan
interpretasi terhadap genealogi keilmuan, pemikiran dan sistem pengajaran Islam KH. Zaini
Mun’im dan KHR. As’ad Syamsul Arifin tentang agama dan kebangsaan di pondok pesantren,
yaitu pondok pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan pondok pesantren Salafiyah
Syafi’iyah Sukorejo Sirubondo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis historical reseach dan studi
kasus dan rancangan multi situs, dengan teknik pengumpulan data menggunakan karya-karya
tokoh yang diteliti, menelusuri karya-karya orang lain mengenai kedua tokoh tersebut dan metode
observasi, wawancara mendalam, dan menafsirkan dokumen tarkait. Sedangkan analisis data
menggunakan interpretasi, heuristic dan idealisasi, dan Analysis Interactive Model dari Miles dan
Huberman dan Saldana. Kemudian melakukan analisis data tunggal dan analisis lintas situs dengan
cara membandingkan dan memadukan temuan yang diperoleh dari masing-masing situs.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama; Keduanya tergolong keluarga dari
kalangan ulama’ dan kalangan elit atau bangsawan. Karena secara nasab keduanya adalah
keturunan raja-raja sumenep yang jika diruntut silsilahnya sampai pada Rasulullah SAW melalui
syeikh Ja’far Shodiq (Sunan Kudus). Sedangkan genealogi keilmuannya, keduanya sama-sama
dibesarkan dikalangan keluarga pesantren dengan sanad guru yang sama, baik di Madura, Jawa
dan Makkah. Dan keduanya memiliki kepribadian yang mampu menjadikan keduanya sebagai
uswah. Serta genealogi sosialnya beliau berdua sama-sama dilatar belakangi dari budaya Madura,
walaupun kemudian perjuanganya berpisah, KH. Zaini Mun’im di Karanganyar, Paiton,
Probolinggo, dan KHR. Syamsul Arifin di Sukorejo, Asembagus, Situbondo. Kedua; Pemikiran
KH. Zaini Mun’im dan KHR. As’ad Syamsul Arifin tentang agama dan kebangsaan di pondok
pesantren terlihat dari corak pemikiran dan karya-karyanya. Corak pemikiran KH. Zaini Mun’im
melalui jaringan ulama dan itelektual, organisasi dan pesantren yang dikembangkan dalam trilogi
dan panca kesadaran santri. Sedangkan corak pemikiran KHR. As’ad Syamsul Arifin melalui
Pendidikan Islam, Dakwah melalui NU, Ekonomi Masyarakat yang dikembangkan melalui
perjuangan dan pengabdian. KH. Zaini Mun’im memiliki karya antara lain; Taysir al- Ushul fi Ilmi
al- Ushul, Nazam Safinat al-Najah. Nazam Shu'ab al-Iman. Beberapa Problematika Dakwah
Islamiyah. Tafsir al-Qur'an bi al-Imla'. Trilogi Santri dan Panca Kesadaran Santri. Sedangkan karya-karya KHR. As’ad Syamsul Arifin antara lain; Syair Akidah Asya’ari-Maturidi berbahasa
Madura bertajuk “Aqaid Saeket”. Ekonomi dalam Islam, Syair Madura, Risalah Sholat Jum’at,
Isra’ Mi’raj, Tsalats Risa’il, Hadzihi ar-Risalah lidzikri bai’ah wa silsilah al-Qadariyah wa al-
Naqsyabandiyah. Tarikh Perjuangan Islam Indonesia. Risalah Tauhid. Al-Aurad al-Yaumiyah. Al-
Risalah al-Maimunah fi al-Ahkam al-Intikhabat al-Ammah dan Wudhuh al-Dalail. Ketiga; Sistem
pengajaran Islam yang dikembangkan dan dipraktikkan oleh KH. Zaini Mun’im tentang agama
dan kebangsaan di pondok pesantren dengan melalui 1) Pendidikan Non Kurikuler. 2) Pendidikan
Kurikuler. 3). Pengembangan bakat dan keterampilan. Sedangkan KHR. As’ad Syamsul Arifin
melalui sekolah wajib pagi hari (diniyah) sebagai pendidikan non formal, sekolah sore (pendidikan
formal) dan pengajaran yang dilaksanakan dimasing-masing kamar (pendidikan in formal). Serta
keduanya, sama-sama menerapkan “Merdeka Kurikulum”.