dc.description.abstract | Tantangan terbesar bangsa Indonesia yang belum sepenuhnya selesai adalah masalah terorisme. Perilaku radikal merupakan ancaman serius dalam keragaman negara kesatuan republik Indonesia. Tindakan intoleransi, kekerasan bahkan dalam posisi tertentu melegitimasi penghilangan nyawa seseorang atas dasar ajaran Agama, merupakan perilaku menyimpang yang harus selalu dicarikan alternatif solusinya. Penelitian ini mengkaji pengalaman yayasan lingkar perdamaian (YLP) yang secara konsisten melakukan pembinaan pada teroris sekaligus keluarga mereka.
Penelitian ini berusaha mendeskripsikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi tentang 1) Proses Pendidikan Islam Multikultural bagi mantan teroris di Yayasan Lingkar Perdamaian Lamongan, 2) Pembentukan Sikap Moderasi Beragama mantan Terorisme di Yayasan Lingkar Perdamaian Lamongan melalui Pendidikan Islam Multikultural, dan 3) Model Pendidikan Islam Multikultural dalam membentuk Moderasi Beragama Bagi Mantan Teroris di Yayasan Lingkar Perdamaian Lamongan.
Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan informan yang dipilih secara khusus (purposive sampling), serta didukung dengan observasi dan penelusuran dokumen yang terkait. Disertasi ini menggunakan teknik analisis model Spradley yang terdiri dari analisis domain, taksonomi dan komponensial guna menemukan tema-tema penting dan relevan untuk digenelasir menjadi temuan penelitian.
Hasil dari penelitian ini berhasil menyimpulkan antara lain: Pertama, Pendidikan Islam multikultural pada mantan teroris menggunakan tiga paradigma, yaitu: ketuhanan, kebangsaan dan kemanusiaan. Ketiga paradigma ini, menjadi basis ontologis yang pada muara selanjutnya diimplementasikan pada pembentukan transformasi diri, transformasi ideologi dan transformasi sosial sebagai tiga pilar orientasi pendidikan Islam multikultural pada mantan teroris. Ketiga orientasi di atas, dilakukan dengan menerapkan tiga pendekatan pendidikan Islam multikultural sebagai basis epistemologisnya, yakni pendekatan rasional, pendekatan psiko-sosial dan pendekatan pengembangan kecakapan hidup (life skill). Ketiga pendekatan ini, diperlukan dan dijalankan secara intergrasi-interkoneksi mengingat problem yang menjadi faktor keterpaparan radikalisme sangat beragam dan kompleks. Dalam proses pembelajarannya, mantan teroris penting untuk mengombinasikan orientasinya pada dosis materi keislaman, kemanusiaan, kebangsaan dan peningkatan keterampilan. Kedua, pembentukan sikap moderasi beragama dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu tahap input, pelaksanaan dan output. Muara dari ini adalah terinternalisasinya nilai-nilai moderasi beragama yang tersusun atas tiga kompetensi, yaitu spirit nasionalisme, beragama tanpa kekerasan serta cara pandang agama yang inklusif. Ketiga, model pendidikan Islam multikultural dalam membangun moderasi beragama pada mantan teroris menggunakan model metakognisi yang diarahkan pada kemampuan kontrol dan evaluasi diri yang bersifat mental-psikis. Kemudian didukung dengan lingkungan belajar yang mengarah pada model kognisi sosial, yaitu upaya membangun kembali kepercayaan diri sosial melalui resosialisasi, menjalankan fungsi sosial di tengah masyarakat serta membuka diri dengan perbedaan sosio-kultural yang ada. | en_US |