Hambatan Komunikasi Tokoh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Film Dancing in The Rain
Abstract
Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari memerlukan manusia lain sehingga terjalinnya interaksi antar sesama. Didalam interaksi sosial umumnya ada komunikasi yang terbentuk melalui bahasa verbal. Berbeda dengan anak berkebutuhan khusus dengan jenis ganguan spektrum autis atau gangguan komunikasi, interaksi sosial dan perilaku berulang-ulang. Biasanya bahasa yang digunakan menggunakan bahasa nonverbal ataupun gestur. Anak dengan gangguan spektrum autis biasanya sulit dalam menyusun maupun memahami percakapan yang disampaikan oleh mitra tutur atau lawan tutur.
Penilitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik, kesulitan menyusun dan memahami percakapan dengan mitra tutur. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif atau data yang dikumpulkan berupa deskripsi transkrip percakapan dalam film Dancing In The Rain dengan jenis pendekatan deskriptif yaitu peneliti mendeskripsikan dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam film tersebut. Data yaitu dialog dalam film Dancing In The Rain. Sumber data berupa transkrip dialog dalam film Dancing In The Rain. Prosedur pengumpulan data menggunakan alat bantu yaitu table indikator untuk memisahkan karakteristik, kesulitan menyusun dan memahami percakapan dengan mitra tutur. Teknik penelitian yaitu menyimak, mencatat, mengidentifikasi, pengelompokan data, menganalisis dan penyimpulan.
Secara garis besar hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh anak berkebutuhan khusus dalam film Dancing In The Rain tersebut memiliki gangguan komunikasi atau spektrum autis. Hasil penelitian ini diperoleh karakteristik atau yang menjadi ciri dari tokoh ABK yang bernama Banyu memiliki beberapa karakteristik yaitu mulai dari tidak peduli dengan lingkungan sosial, tidak bisa berinteraksi normal dalam pergaulan sosial, bahsa dan bicara tidak normal serta berulangulang, menyakiti dirinya sendiri, sulit berinteraksi sosial, gerakan berulang secara terus-menerus, berbicara bukan untuk berkomunikasi, sulit mengendalikan emosi, tidak mau melakukan kontak mata tidak menoleh ketika dipanggil, tidak ingin melakukan interaksi dengan orang lain, dan interaksi menggunakan bahsa nonverbal. Kesulitan menyusun percakapan yang dialami oleh Banyu yaitu menggunakan kosa kata yang pendek dalam satu kalimat, senang menirukan sesuatu seperti suara binatang dan gambar-gambar yang dilihat, sulit memuai komunikasi dengan orang lain (orang baru), menggunakan bahsa isyarat, dan kesulitan menyususn percakapan dengan mitra tutur yaitu kesulitan memahami perintah atau suruhan, berfikir visual, kesulitan memproses beberapa hal sekaligus, kesulitan memahami tindak tutur. ketiga fokus tersebut dengan masing-masing karakteristiknya dibuktikan melalui percakapan yang dilakukan Banyu dalam aktivitas kesehariannya dalam berinteraksi dengan orang lain seperti dengan Eyang, Guru, Radin dan lain-lain.
Bentuk peran penelitian dalam dunia pendidikan yaitu sebagai salah satu media pembelajaran bagi guru tentang anak berkebutuhan khusus dengan hambatan berkomunikasi atau spekturm autis. Diharapkan juga penelitain ini bermanfaat untuk pemerhati film yang akan menjadi pengetahuan tentang karakteristik tokoh ABK, kesulitan menyusun dan memahami percakapan dengan mitra tutur. Juga diharapkan untuk peneliti lain sebagai dalam dalam meneliti karakteristik tokoh ABK, kesulitan menyusun dan memahami percakapan dengan mitra tutur.
Kata Kunci: Spectrum Autis, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Film.