Leksikon dalam Tradisi Kuih Ashura Masyarakat Melayu Nakhon Si Thammarat Thailand: Kajian Etnolinguistik
Abstract
Kajian etnolinguistik merupakan gabungan dua ilmu yaitu, ilmu etnologi dan
ilmu linguistik. Ilmu yang memelajari mengenai suku tertentu, budaya tertentu, dan
seluk beluk bahasanya adalah kajian etnolinguistik. Adanya penggabungan ilmu,
maka etnolinguistik merupakan kajian mengenai kebudayaan dan kebahasaan atau
linguistik.
Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan bentuk leksikon dan wujud
kebudayaan dalam tradisi kuih ashura masyarakat Melayu Nakhon Si Thammarat
Thailand. Penelitian ini didasarkan pada kajian teori etnolinguistik yang menjelaskan
keterkaitan budaya dengan bahasa.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Teknik dan
metode dalam penelitian ini menggunakan teknik catat dan metode simak dalam
penyebutan istilah atau percakapan saat tradisi kuih Ashura dilaksanakan masyarakat
Melayu Nakhon Si Thammarat. Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan bahwa
tradisi kuih ashura selalu dilaksanakan setiap tahun pada tahun baru Islam.
Hasil penelitian menunjukkan adanya 12 bentuk monomorfemis, 9 bentuk
polimorfemis, dan 2 wujud kebudayaan kuih ashura dalam masyarakat Melayu
Nakhon Si Thammarat Thailand sebagai ide, nilai, norma, ketentuan, dan sebagai
aktivitas masyarakat.
The study of ethnolinguistics is a combination of two sciences, namely,
ethnology and linguistics. The study of certain ethnic groups, certain cultures, and the
intricacies of their language is ethnolinguistic studies. With the merging of
knowledge, ethnolinguistics is the study of culture and language or linguistics.
This study seeks to explain the form of the lexicon and the form of culture in
the Kuih Ashura tradition of the Malay society of Nakhon Si Thammarat Thailand.
This research is based on the study of ethnolinguistic theory which explains the
relationship between culture and language.
This type of research uses a qualitative descriptive type. The techniques and
methods in this study use note taking techniques and the listening method in
mentioning terms or conversations when the Kuih Ashura tradition is carried out by
the Malay community of Nakhon Si Thammarat. This study seeks to explain that the
Kuih Ashura tradition is always carried out every year in the Islamic New Year The results showed that there were 12 monomorphemic forms, 9
polymorphemic forms, and 2 forms of Kuih Ashura culture in the Malay society of
Nakhon Si Thammarat as ideas, values, norms, provisions, and as community
activities.