Implementasi Pembelajaran Literasi (Baca Tulis) Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Inklusi (ABK)
Abstract
Budaya membaca belum menjadi kegiatan wajib bagi siswa di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan literasi dan kurangnya minat baca pada siswa. Salah satu faktor penyebab rendahnya minat baca siswa adalah minimnya ketersediaan koleksi buku bacaan dan rendahnya lingkungan yang literat. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang terlampir dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 23 tahun 2015 terkait dengan penumbuhan budi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada kepala sekolah dan guru kelas 4 SDN Tempuran II Pasrepan, sekolah telah melaksanakan seluruh tahapan program GLS tetapi belum secara maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan beberapa permasalahan yang dihadapi sekolah terkait rendahnya kemampuan literasi pada siswa dan mendeskripsikan penerapan pembelajaran literasi (baca tulis) dengan menggunakan buku Tematik 1 “Indahnya Kebersamaan” di sekolah inklusi (ABK). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data penelitian ini berupa hasil wawancara oleh informan, hasil observasi oleh peneliti, dan studi dokumentasi serta ditunjang dengan mengkaji beberapa literatur. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Adapun sumber data primer yaitu hasil wawancara kepala sekolah, dewan guru, dan guru kelas 4 serta siswa ABK disleksia. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari hasil dokumentasi dan didukung dengan beberapa studi literatur. Teknik analisis data penelitian ini melalui empat alur, diantaranya pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian pada fokus pertama menunjukkan bahwa di SDN Tempuran II Pasrepan telah melaksanakan tiga tahapan dari program GLS. Untuk tahapan pertama yakni tahap pembiasaan terdapat kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran dimulai, pojok baca dalam kelas, ruang perpustakaan sekolah, pengembangan Majalah Dinding (Mading) sekolah, lingkungan yang literat, dan adanya pelibatan publik serta terdapat sarana dan prasarana. Tahapan kedua yakni tahap pengembangan terdapat kegiatan membaca terpandu, membaca bersama dan diskusi bersama. Berikutnya, tahapan terakhir yakni tahap pelaksanaan pembelajaran terdapat penataan kelas berbasis literasi, penyusunan jadwal menanggapi buku teks bacaan dan jadwal kunjungan ruang perpustakaan, serta pembentukan tim literasi sekolah.
Pada fokus kedua, ditemukan beberapa kendala dalam penerapan pembelajaran literasi (baca tulis) dengan menggunakan program GLS, seperti ruang perpustakaan sekolah yang tidak beroperasi, minimnya persediaan buku untuk menunjang pembelajaran literasi siswa, pojok baca kelas yang kurang, rendahnya lingkungan literat, dan tidak ada penanganan khusus bagi siswa ABK disleksia. Dan untuk fokus ketiga merupakan upaya peneliti dalam mengatasi kendala penerapan pembelajaran literasi (baca tulis), yaitu menata ruang perpustakaan sekolah, menambah koleksi buku terbaru dan layak baca, membuat pojok baca dalam kelas, menciptakan lingkungan yang literat, dan terdapat upaya penanganan khusus bagi siswa ABK disleksia.
Kata kunci: Literasi, Kendala GLS, Solusi GLS.