Moderasi beragama atau yang sering disebut dengan wasathiyah Islam adalah ciri dari agama Islam yang bermakna penggabungan atau penyatuan dari konsep ta’adul, tawazun, dan tawasuth. Moderasi dalam agama merupakan suatu pion yang mampu menjadikan umat Islam lebih memahami hakikat perbedaan keberagaman. Dalam konteks pendidikan, Islam wasathiyah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa yang moderat dan toleran. Melalui pengajaran Islam wasathiyah, siswa dapat memahami bahwa Islam sebenarnya adalah agama yang mengajarkan kedamaian, toleransi, serta mampu membangun hubungan yang harmonis antara individu dan masyarakat. Berdasarkan observasi awal, bahwasannya peran guru Pendidikan Agama Islam pada dasarnya sama dengan guru pada umumnya, yakni sama-sama berkewajiban untuk mentransferkan ilmu pengetahuan yang dia miliki terhadap siswa, dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan yang luas. Dekadensi moral siswa pada masa sekarang adalah dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi tanpa filter yang berimbas pada sikap dan perilaku siswa baik di sekolah, di rumah, maupun di tengah masyarakat. Sehingga tidak sedikit siswa yang berperilaku melenceng dari nilai-nilai Islam wasathiyah seperti misalnya kurangnya rasa simpati atau empati terhadap sesama yang didasari sikap kurang menghargai satu sama lain, baik melalui tingkah laku maupun tutur bahasanya. Dari latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah, yakni tentang bentuk nilai Islam wasathiyah yang ditanamkan oleh guru Pendidikan Agama Islam, metode guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai Islam wasathiyah, dan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai Islam wasathiyah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang bentuk nilai Islam wasathiyah yang ditanamkan oleh guru Pendidikan Agama Islam, untuk mendeskripsikan metode guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai Islam wasathiyah, serta untuk mendeskripsikan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai Islam wasatahiyah. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang terperinci dan sistematis tentang suatu fenomena atau masalah yang ada di lapangan. Sumber data yang digunakan berupa sumber data primer dan sekunder. Sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan langkah-langkah yaitu berupa pengumpulan data (data collection), kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display), verifikasi dan penegasan kesimpulan (conclusion drawing and verification). Dalam penelitian ini, bentuk nilai Islam wasathiyah yang ditanamkan oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah al-tawasuth (sikap tengah), al-i’tidal (sikap adil), al-tasamuh (sikap toleran), al-tawazun (sikap seimbang), amar ma’ruf nahi munkar (sikap memerintahkan kebajikan, dan mencegah kemungkaran). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai Islam wasathiyah yaitu melalui kegiatan pembiasaan. Guru Pendidikan Agama Islam menggunakan metode ini untuk memastikan bahwa nilai-nilai Islam wasathiyah diterapkan secara praktis dan terintegrasi dalam kehidupan siswa. Dengan demikian, melalui metode pembiasaan akan memperkuat pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Islam wasathiyah serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikan sebagai saran-saran yaitu tentang bagaimana langkah kedepan dari MTs Almaarif 03 Singosari untuk terus mengembangkan dan menggabungkan metode serta inovasi terbaru agar penanaman nilai Islam wasathiyah terealisasikan dengan baik.   Kata Kunci: Multikultural, Islam Wasathiyah, Peran Guru PAI, Moderat, Nilai Islam