Proses Pembuktian Tindak Pidana Kekerasan Psikis terhadap Pembantu Rumah Tangga
Abstract
Pada judul skripsi ini tentunya ada yang melatarbelakangi, salah satu diantaranya
adalah karena masih maraknya kasus kekerasan kepada pembantu rumah tangga yang
sebenarnya juga termasuk ke dalam lingkup rumah tangga. Walaupun telah diatur
dalam undang-undang, namun tindakan kekerasan dalam rumah tangga masih saja
berlanjut. Disamping itu yang melatarbelakangi penelitian ini adalah dikarenakan
proses pembuktian kekerasan psikis dalam rumah tangga yang dianggap sulit.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka karya tulis ini mengangkat rumusan
masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah modus operandi kekerasan psikis dalam
rumah tangga? 2. Bagaimana proses mencari, menemukan dan mengumpulkan bukti
dalam tindak pidana kekerasan psikis? 3. Apa saja macam-macam kekerasan psikis
dalam lingkup rumah tangga?. Penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual
dan pendekatan kasus. Pengumpulan bahan melalui studi literatur, dengan bahan
hukum primer maupun sekunder. Selanjutnya, bahan hukum dikaji dan dianalisis
dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab isu
hukum penelitian ini.
Berikutnya, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setidaknya ada 3 (tiga)
modus operandi dalam kekerasan psikis. Pertama, perkataan kotor atau menghujat
(merendahkan harga diri); kedua, pengucilan atau mendiskriminasi; ketiga,
mengancam (membuat rasa takut). Dan didalam proses mencari, menemukan dan
mengumpulkan alat bukti dalam perkara kekerasan psikis dibutuhkan beberapa
elemen dan keahlian seperti yang telah disebutkan diatas, diantaranya bekerjasama
dengan seorang dokter atau ahli psikiater. Sehingga dalam proses pemeriksaan pada
tahap penyelidikan sampai pada tahap persidangan memberikan satu jalan terang bagi
penyidik dan juga kepada hakim di persidangan untuk memutus perkara tersebut.
Ada juga mengenai macam-macam kekerasan psikis secara garis besar dibagi
menjadi dua bentuk. Pertama, kekerasan psikis berat dan yang kedua, kekerasan
psikis ringan. Dari dua macam tersebut dapat penyusun pahami bahwa untuk
membedakan antara psikis berat dan ringan harus memperhatikan akibat yang dialami
oleh korbannya. Sebesar apa pengaruhnya terhadap psikis korban. Salah satu
contohnya yang termasuk dalam kekerasan psikis berat adalah gangguan fungsi tubuh
berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi medis) yang pengaruhnya
sangat besar. Dan apabila kekerasan psikis ringan salah satu contohnya seperti merasa
terhina, yang secara ukuran dampaknya lebih ringan bagi psikis si korban.