Show simple item record

dc.contributor.authorMaharani, Selvia Putri Anggun
dc.date.accessioned2024-04-18T02:09:05Z
dc.date.available2024-04-18T02:09:05Z
dc.date.issued2024-01-08
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/9226
dc.description.abstractPola konsumsi pangan masyarakat menentukan tingkat kesejahteraan suatu bangsa. Tingkat konsumsi pangan menjadi salah satu indikator kesejahteraan bangsa sebuah negara.Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dikatakan membaik apabila pendapatan meningkat dan sebagian pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi non makanan, begitupun sebaliknya. Periode Maret-September 2021 Susenas mensajikan informasi pengeluaran penduduk yang disajikan dalam bentuk kewilayahan. Rata-rata pengeluaran penduduk Kalimantan Selatan sebesar Rp. 1.383.800,- per bulan, dimana 50,67 persen digunakan untuk konsumsi makanan, sedangkan sisanya yaitu sebesar 49,33 persen dialokasikan untuk konsumsi bukan makanan. Hukum Working menjelaskan bahwa semakin kecil pangsa pengeluaran pangan maka semakin tahan pangan sehingga dapat dikatakan semakin sejahtera. Namun pada kenyataannya, banyak masyarakat yang tidak merasakan kesejahteraan tersebut karena mereka tergolong dari kelompok kuintil pertama yang artinya tergolong dalam kelompok pendapatan terendah. Dimana pendapatan masyarakat masih tergolong tinggi untuk pengeluaran pangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pola konsumsi pangan pokok beras di rumah tangga Kalsel. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kalimantan Selatan. Menggunakandari data Susenas 2022 dilaksanakan pada bulan November-Desember 2023. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Surveri Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS 2022). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode two stage one phase stratified sampling. Two Stage Cluster Sampling merupakan suatu metode penarikan sampel dua tahap, dimana pada tahap pertama dilakukan pemilihan atas sampel blok sensus dan pada tahap kedua dilakukan pemilihan rumah tangga. Pencacahan tersebut dilaksanakan pada bulan Maret-September, dengan total sampel Di Kalimantan Selatan sendiri mencangkup 818 blok sensus atau 8.180 rumah tangga. Sehingga didapatkan jumlah sampel untuk penelitian ini berjumlah 8.180 rumah tangga. Metode analisis data menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini mengenai pola konsumsi rumah tangga terhadap kebutuhan pangan beras menunjukkan hasil secara rata-rata jumlah pengeluaran konsumsi yang paling banyak dikeluarkan untuk pengeluaran konsumsi pangan berasal dari kategori padi-padian khususnya pada konsumsi beras dengan total pengeluaran konsumsi sebesar 4,44 kg/minggu. Berdasarkan hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi rumah tangga terhadap pangan beras di Provinsi Kalimantan Selatan cenderung lebih besar pengeluaran untuk komoditas beras daripada non beras. Yang artinya tidak ada pangan padi-padian dan umbi-umbian yang bersifat subsitusi terhadap beras. Artinya beras menjadi pangan utama di Kalimantan Selatan dengan persentase 99% rumah tangga mengonsumsi beras. Model polakonsumsi dan permintaanpanganpokokberas di rumahtangga di Provinsi Kalimantan Selatan adalahsebagaiberikut: Y = -1,627 + 0,000X1 + (-2,211)X2 + 3,101X3 + 9,649X4 + (-9,720)X5 + (-4,264)X6 + (-6,116)X7 + (-1,492)X8 + (-2,387)X9 + 0,000X10 + (-1,534)X11 + 1,167X12 + e Model diatasmenghasilkanNilai F hitung 440,017 > F tabel 1,75 dan signifikansi F 0,000 < α 0,01, artinya model polakonsumsi dan permintaanpanganpokokberas di rumahtangga di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sangat signifikan (99%). Dengan demikian secara serempak semua variabel bebas (harga beras, harga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga singkong, harga ubi jalar, harga sagu, harga talas, harga kentang, harga gaplek, pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga) berpengaruh sangat signifikan terhadap pola konsumsi rumah tangga terhadap pangan pokok beras. Dapat diketahui nilai koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,797. Besarnya angka koefisien determinasi (R Square) adalah 0,797 atau sama dengan 79,7%. Angka tersebut mengandung arti bahwa sebesar 79,7% variabel terikat (pola konsumsi rumah tangga) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (harga beras, harga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga singkong, harga ubi jalar, harga sagu, harga talas, harga kentang, harga gaplek, pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga). Variable yang berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan pokok beras di Provinsi Kalimantan Selatan adalah harga beras itu sendiri, harga terigu, harga ubi jalar, harga kentang dengan tingkat signifikansi 99%, sedangkan harga beras ketan, harga jagung, harga sagu, harga talas, dan harga gaplek tidak berpengaruh. Variabel sosial ekonomi rumah tangga yaitu pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi dan permintaan pangan pokok beras di Kalsel dengan tingkat signifikansi 99% dengan tanda koefisien regresi negative untuk pendapatan dan tanda positif untuk jumlah anggota rumah tangga. Dapat diartikan bahwa kenaikan pendapatan menurunkan pola konsumsi dan permintaan beras di Kalsel, sedangkan kenaikan jumlah anggota rumah tangga meningkatkan pola konsumsi dan permintaan beras di Provinsi Kalimantan Selatan. Temuan ini sangat menarik bahwa untuk variable social ekonomi bertentangan dengan teori. Pendapatan negative dapat diinterpretasikan bahwa masyarakat di Provinsi Kalsel tidak menambah mengonsumsi beras jika terjadi kenaikan pendapatan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kalsel sudah mencukupi kebutuhan pangan pokok berasnya sehingga meskipun ada kenaikan pendapatan, masyarakat tidak meningkatkan mengonsumsi beras. Sedangkan jumlah anggota rumah tangga juga bertentangan dengan teori. Dapat dijelaskan bahwa masyarakat Kalsel menambah mengonsumsi pangan pokok beras. Ketika terjadi kenaikan jumlah anggota rumah tangga. Dapat diinterpretasikan bahwa komitmen masyarakat Kalsel cukup tinggi untuk memenuhi konsumsi pangan pokok beras meski jumlah aggota rumah tangga meningkat. Saran yang dapat peneliti berikan kepada pemerintah untuk lebih memperdalam dari pemahaman dan kebiasaan akan pola konsumsi rumah tangga, agar masyarakat Kalimantan Selatan tidak bergantung terhadap pangan pokok beras. Kata Kunci : Pola Konsumsi, Permintaan Pangan Pokok Beras, Rumah Tangga Kalimantan Selatanen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.subjectPola Konsumsien_US
dc.subjectPermintaan Pangan Pokok Berasen_US
dc.subjectRumah Tangga Kalimantan Selatanen_US
dc.titlePola Konsumsi dan Permintaan Pangan Pokok Beras di Rumah Tangga Kalimantan Selatanen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record