Show simple item record

dc.contributor.authorRahmat, Sandi Nur
dc.date.accessioned2024-05-08T04:14:37Z
dc.date.available2024-05-08T04:14:37Z
dc.date.issued2024-02-27
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/9521
dc.description.abstractPenduduk Papua paling banyak mengonsumsi ketela rambat/ubi jalar dalam kelompok umbi-umbian. Kabupaten Lanny Jaya mengonsumsi jumlah tertinggi sebesar 29,91 kg per kapita sebulan, sedangkan Kabupaten Boven Digoel mengonsumsi jumlah terendah sebesar 0,13 kg per kapita sebulan. Dari segi pengeluaran, Kabupaten Lanny Jaya mengeluarkan jumlah tertinggi sebesar Rp514.441,17 per kapita, sedangkan Kabupaten Boven Digoel mengeluarkan jumlah terendah Ini sekali lagi menunjukkan pola di mana budaya dan kebiasaan lokal, serta lokasi geografis, memengaruhi permintaan konsumsi ketela rambat dan ubi jalar. Ada perbedaan yang signifikan antara wilayah dengan konsumsi tertinggi dan terendah (Bps Papua, 2022). Salah satu dampak dari program pemerintah yang berfokus pada ketersediaan beras pada tahun 2012 hingga saat ini adalah pergeseran pola konsumsi rumah tangga dari pangan lokal ke beras. Pergeseran ini berdampak pada penurunan produksi pangan lokal dan munculnya kebijakan dan program yang menghilangkan tujuan penganekaragaman, seperti pembagian beras kepada masyarakat miskin. Meskipun ada manfaat positif dari ketersediaan beras, ada manfaat negatif bagi masyarakat setempat, yang mengakibatkan pergeseran permintaan pangan rumah tangga di Provinsi Papua dari sagu dan umbi - umbian ke beras (R.Baransono et al., 2019). Dalam penelitian ini, saya ingin menyelidiki lebih jauh kebiasaan konsumsi rumah tangga dan permintaan pangan terhadap padi-padian dan umbi-umbian yang diteliti. Padi-padian dan umbi-umbian dalam penelitian ini berhubungan dan mengkonsumsi makanan yang dikonsumsi rumah tangga Indonesia yaitu nasi, ketan, jagung pipilan dan tepung terigu, singkong, ubi jalar, sagu, talas, kentang, dan singkong, termasuk rumah tangga di provinsi Papua. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi rumah tangga terhadap seluruh serealia dan umbi-umbian yang dikonsumsi penduduk Indonesia, termasuk Papua. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji “Analisis Permintaan Beras Sebagai Makanan Pokok Rumah Tangga Di Provinsi Papua”. Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif. Penelitian ini berkaitan dengan investigasi perilaku konsumsi nasi dan umbi-umbian masyarakat. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan konsumsi beras dan komoditas lainnya di Provinsi Papua. populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga yang berada di Papua. Pada data Susenas tahun 2022 Provinsi Papua jumlah rumah tangga yang dilakukan sampel yaitu sejumlah 14.677 rumah tangga. pada penelitian ini, memiliki metode analisis data yang sama yaitu menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah suatu metode analisis yang melibatkan lebih dari satu variabel independen, dimana analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui arah dan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali 2016). Pada rumusan masalah pada penelitian ini terdapat indikator yang berpotensi menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga di Papua. Indikator yang dimaksud meliputi variabel harga beras (X1), harga beras ketan (X2), harga jagung pipilan (X3), harga terigu (X4), harga singkong (X5), harga ubi jalar (X6), harga sagu (X7), harga talas (X8), harga kentang (X9), pendapatan (X10), dan jumlah anggota rumah tangga (X11). Tolak ukur dalam penelitian ini yaitu permintaan Rumah Tangga Terhadap Kebutuhan Beras Di Provinsi Papua (Y). Data sekunder yang diperoleh (Survei Sosial Ekonomi Nasional atau sering disebut dengan Susenas 2022) ini akan ditabulasikan terlebih dahulu dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel, kemudian akan dianalisis menggunakan bantuan aplikasi SPSS. Permintaan pangan di Papua sangat bervariasi. Namun secara rata-rata jumlah pengeluaran konsumsi yang paling banyak dikeluarkan untuk pengeluaran konsumsi pangan berasal dari kategori padi-padian khususnya pada konsumsi beras dengan total pengeluaran konsumsi sebesar 4,43 kg/minggu. Sehingga dapat dikatakan masyarakat di Provinsi Papua mayoritas mengonsumsi beras untuk kebutuhan pangan pokok sehari-hari tetapi ada beberapa pangan pengganti seperti terigu, ketela pohon, ketela rambat, dan juga sagu. Dengan rata-rata pendapatan per bulan sebesar Rp. 3.500.042,0662.. Berdasarkan hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi rumah tangga terhadap pangan beras di Provinsi Papua cenderung lebih besar pengeluaran untuk komoditas beras daripada non beras. Yang artinya ada pangan padi-padian dan umbi-umbian yang bersifat subsitusi terhadap beras tetapi masih tetap beras sebagai pangan pokok. Artinya beras menjadi pangan utama di Provinsi Papua dengan persentase 86,30% rumah tangga mengonsumsi beras. Nilai F hitung 512,761 > F tabel 2,36 dan signifikansi F 0,000 < α 0,05. Dengan demikian secara serempak variabel bebas (harga beras, harga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga singkong, harga ubi jalar, harga sagu, harga talas, harga kentang, harga gaplek, pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (pola konsumsi rumah tangga terhadap pangan beras). Secara parsial variabel harga beras ketan, harga jagung pipilan, kentang dan harga gaplek, tidak berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi rumah tangga karena t hitung > t tabel dan nilai signifikansi t pada variabel X2, X3, X8, dan X10, > α 0,05. Secara parsial variabel X1, X4, X5, X6, dan X7, X11 dan X12 yaitu harga beras, harga terigu, harga ketela pohon, harga rambat, harga sagu, pendapatan dan rumah tangga berpengaruh nyata pada tingkat pendapatan rumah tangga terhadap permintaan rumah tangga terhadap pangan beras di Provinsi Papua karena nilai t hitung < t tabel 2,024 dan signifikansi t X1, X4, X5, X6, dan X7, X11 dan X12< α 0,05. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh saran sebagai berikut : Penelitian ini hanya menggunakan variabel harga beras, harga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga singkong, harga ubi jalar, harga sagu, harga talas, harga kentang, harga gaplek, pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga sebagai variabel yang dapat mempengaruhi permintaan rumah tangga. Oleh karena itu, bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menambah variabel penelitian yang mempengaruhi keputusan konsumsi sehingga dapat memiliki berbagai macam referensi dalam merancang strategi yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan pola konsumsi rumah tangga. Dalam permintaan rumah tangga dapat dilihat dari hasil susenas 2022 hasil konsumsi rumah tangga pada Provinsi Papua masih tergolong mengonsumsi beras sebagai pangan pokok. Maka dari itu untuk masyarakat terutama pemerintahan agar dapat menerapkan program diversifikasi (penganekaragaman jenis konsumsi rumah tangga) supaya sumber pangan karbohidrat di Provinsi Papua tidak bergantung pada padi-padian saja tapi juga meningkatkan komoditas terigu, singkong, ubi jalar, dan juga sagu. Kata kunci : Analisis, Permintaan Beras, Pangan Pokok Rumah Tangga, Provinsi Papua  en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.subjectAnalisisen_US
dc.subjectPermintaan Berasen_US
dc.subjectPangan Pokok Rumah Tanggaen_US
dc.subjectProvinsi Papuaen_US
dc.titleAnalisis Permintaan Beras Sebagai Pangan Pokok Rumah Tangga di Provinsi Papuaen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record