Show simple item record

dc.contributor.authorRifaldy, Achmad
dc.date.accessioned2024-05-08T04:18:49Z
dc.date.available2024-05-08T04:18:49Z
dc.date.issued2024-02-15
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/9526
dc.description.abstractKonsumsi pangan di Indonesia di dominasi oleh komoditas karbohidrat berupa beras/nasi. berdasarkan hal tersebut di Indonesia dan khususnya di Jawa Barat diperlukan adanya diversifikasi pangan agar dapat menuruntakn ketergantungan terhadap suatu komoditas tertentu. Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu Provinsi dengan tingkat produksi yang paling tinggi untuk alternatif pangan, yaitu berupa kentang dengan total produksi mencapai 173.025 ton/2022. dengan demikian Provinsi Jawa Barat berpeluang melaksanakan diversifikasi pangan dengan menjadikan kentang sebagai pangan alternatif. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS 2022) dan data yang digunakan adalah data pengeluaran, data konsumsi, dan data sosial ekonomi berupa jumlah pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga. Metode analisis data menggunakan pendekatan Regresi Linier Berganda. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified two stage sampling. Two Stage Sampling merupakan metode yang paling sederhana, salah satu metode yang termasuk dalam Two Stage Sampling adalah Metode Penarikan Sampel Bergerombol Dua Tahap (Two Stage Cluster Sampling). Metode tersebut merupakan suatu metode penarikan sampel dua tahap, dimana pada tahap pertama dilakukan pemilihan atas sampel blok sensus dan pada tahap kedua dilakukan pemilihan rumah tangga. Pencacahan tersebut dilaksanakan pada bulan Maret- September, dengan total sampel di Provinsi Jawa Barat mencakup 25.744 rumah tangga. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kentang rumah tangga, diperoleh hasil model permintaan pangan rumah tangga terhadap kentang di Provinsi Jawa Barat sebagai berikut : Y = 0,114 + 3,885E-5 X1 + 2,386 E-7 X2 + 1,923 E-5 X3 + 3,006 E-5 X4 + (-1,262 E-6) X5 + 1,679 E-5 X6 + 1,722 E-5) X7 + 1,205 E-5 X8 + (-4,582 E-6) X9 + (-5,580 E-7) X10 + (-3,287 E-6) X11 + (-1,416 E-6) X12 + (-5,621 E-7) X13 + (-1,066 E-9) X14 + (-0,019 ) X15+ e Model tersebut menghasilkan nilai F hitung 3784,849 > F tabel 1,66 dengan signifikansi F 0,000 < α 0,01, dalam artian bahwa model permintaan pangan rumah tangga terhadap kentang di Jawa Barat adalah sangat signifikan. Dengan begitu secara serempak semua variabel bebas (harga kentang, harga beras, harga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga ketela pohon, harga ketela rambat, harga sagu, harga talas, harga kentang, harga gaplek, harga daging ayam ras, harga telur ayam ras, harga tahu, harga tempe, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga) berpengaruh signifikan terhadap permintaan pangan rumah tangga terhadap kentang. Diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,688 atau setara dengan 68,8%. Persentase angka tersebut dapat diartikan bahwa sebesar 68,8% variabel terikat (konsumsi kentang) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (harga kentang, harga beras, haga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga ketela pohon, harga ketela rambat, harga sagu, harga talas, harga daging ayam ras, harga telur ayam ras, harga tahu, harga tempe, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga). Sedangkan sisanya sebesar 32,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Harga kentang sangat berpengaruh terhadap permintaan kentang dengan tanda koefisien positif. Tanda positif pada variabel harga kentang bila disesuaikan dengan teori ekonomi mikro bahwa ketika harga suatu barang naik, maka permintaan konsumen terhadap barang tersebut menurun. Sebaliknya, ketika harga suatu barang turun, maka permintaan konsumsinya meningkat. Namun teori ini berbeda dengan keadaan di lapangan karena teori ini didasarkan pada hasil kajian lapangan yang menunjukkan bahwa meskipun harga kentang naik, permintaan terhadap kentang tidak berkurang, bahkan meningkat. Dilihat dari nilai  Koefisien Regresi variabel harga kentang memiliki nilai 3,885-005 atau 0,000039 dengan maksud apabila harga kentang naik sebesar Rp. 1.000 maka permintaan kentang masyarakat meningkat sebesar 0,039 kg dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Artinya, meskipun harga kentang naik, rumah tangga akan tetap mengkonsumsi kentang. Tanda positif dari nilai ini menunjukkan adanya pengaruh searah antara variabel independen dan variabel dependen. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kentang sebagai barang yang sangat penting oeh rumah tangga di Provinsi Jawa Barat. Variabel yang menunjukan signifikan selanjutnya adalah harga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga ketela pohon, harga ketela rambat, harga sagu, harga daging ayam ras, dan harga tahu. sembilan variabel tersebut dapat dikategorikan barang substitusi karena hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung < t tabel 2,131 dan nilai signifikansi t < 0,01 dengan demikian H0 ditolak ;H1 diterima yang berarti bahwa secara parsial variabel bebas sangat berpengaruh terhadap variabel terikat (konsumsi kentang) dengan tingkat signifikansi pada α 1%, artinya sembilan variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap permintaan kentang. Variabel yang menunjukan signifikan selanjutnya adalah harga telur ayam ras, dan harga tempe, dengan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung < t tabel 2,131 dan nilai signifikansi t < 0,10 dengan demikian H0 ditolak ;H1 diterima yang berarti bahwa secara parsial variabel bebas sangat berpengaruh terhadap variabel terikat (konsumsi kentang) dengan tingkat signifikansi pada α 10%, artinya dua variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap permintaan kentang. Untuk variabel faktor sosial ekonomi yaitu pendapatan rumah tangga menunjukan signifikan dengan tanda  koefisien regresi negatif, arti negatif memiliki arti bahwa ketika terjadi kenaikan pada pendapatan, maka menurunkan konsumsi dan permintaan kentang. Ketika dijabarkan semakin kaya rumah tangga maka tidak menambah konsumsi kentang, sedangkan jumlah anggota rumah tangga menunjukan signifikan dengan tanda  koefisien regresi negatif. Arti negatif tersebut memiliki maksud bahwa ketika jumlah anggota rumah tangga mengalami peningkatan atau penambahan maka menurunkan permintaan kentang, hal ini tidak sesuai dengan teori, artinya ketika jumlah rumah tangga bertambah satu orang maka rumah tangga juga akan mengkonsumsi kentang lebih sedikit dari sebelumnya karena daya beli yang menurun. Kata Kunci : Faktor - Faktor yang Mempengruhi, Permintaan Kentang Rumah Tangga, Provinsi Jawa Baraten_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.subjectFaktor - Faktor yang Mempengruhien_US
dc.subjectPermintaan Kentang Rumah Tanggaen_US
dc.subjectProvinsi Jawa Baraten_US
dc.titleFaktor Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kentang Rumah Tangga di Provinsi Jawa Baraten_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record