Estimasi Cadangan Karbon pada Nekromassa di Coban Putri Kota Batu dan Hutan Kota Malabar Malang
Abstract
Pemanasan global (global warming) sudah banyak menjadi perbincangan karena dampaknya
sangat dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pemanasan global terjadi salah satunya
dikarenakan oleh efek gas rumah kaca yang berlebih. Efek rumah kaca menyebabkan
kandungan karbon dioksida (CO2) di atmosfer meningkat setiap tahunnya karena emisi dari
kendaraan bermotor, pabrik, dan kebakaran hutan, hal inilah yang menyebabkan pemanasan
global terjadi. Hutan kota memiliki fungsi untuk menyerap dan menyimpan CO2 dalam
bentuk cadangan karbon yang tersimpan pada tumbuhan hidup (biomasa) dan tumbuhan mati
(nekromassa). Cadangan karbon pada nekromassa penting untuk dihitung karena dapat
mempresentasikan CO2 yang akan terlepas ke atmosfer. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengestimasi cadangan karbon pada nekromassa di Hutan Kota Malabar dan
membandingkannya dengan Coban Putri. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif dengan pengambilan data secara eksploratif. Sampel diambil di
dua lokasi berbeda yaitu Hutan Kota Malabar dan Coban Putri. Ditentukan 9 plot
pengamatan yang terbagi dalam 3 stasiun (circle, windrow, dan harvest). Sampel yang
diambil berupa pohon mati, kayu mati, dan serasah yang berada di plot pengamatan. Sampel
kemudian diamati di laboratorium untuk diperoleh hasil berupa cadangan karbon.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh berat nekromassa di Hutan Kota Malabar senilai
5.431,667 kg dan di Coban Putri senilai 2.608, 363 kg. Dan diperoleh cadangan karbon
2.552,884 kg di Hutan Kota Malabar dan 1.225,947 kg di Coban Putri. Analisis
perbandingan cadangan karbon pada kedua tempat menggunakan uji Mann Whitney
memperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,17 yang lebih besar dari taraf signifikan, sehingga
menghasilkan keputusan bahwa cadangan karbon di Hutan Kota Malabar dan Coban Putri
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil pengukuran faktor abiotik berupa suhu udara
(26°C dan 22°C), kelembaban udara 52% dan 54%), intensitas cahaya (1265 lux dan 1999
lux), kadar pH tanah 6,9 dan 6,8), serta kelembaban tanah (57 % dan 67%), menunjukkan
hubungan korelasi yang kuat dan berbanding lurus antara cadangan karbon dengan
kelembaban tanah, dengan artian semakin tinggi kelembaban tanah maka semakin tinggi
pula cadangan karbon yang dimiliki.