Pernikahan merupakan ibadah yang di anjurkan dalam pandangan hukum islam dan apabila telah mencapai umur yang ditentukan baik dalam islam maupun dalam undang-undang maka seorang yang melangsungkan pernikahan tersebut diindikasi mampu bertanggung jawab dalam rumah tangganya. Menurut Ulama Hanafiyah pernikahan ialah suatu akad yang menjadikan seorang laki-laki dapat memiliki hak dan menggunakan perempuan seluruh anggota tubuhnya untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan. Pernikahan di bawah umur merupakan salah satu gejala sosial bagi masyarakat yang mudah untuk dipengaruhi oleh budaya menikahkan atau menjodohkan anak-anaknya yang masih kecil untuk menjaga kehormatan keluarga ketika ia belum menemukan jodohnya. Dari konteks penelitian di atas, penulis merumuskan masalah yakni 1) apa pengaruh pernikahan di bawah umur akibat perjodohan orang tua, 2) bagaimana pernikahan di bawah umur akibat perjodohan orang tua terhadap perspektif hukum Islam, dan 3) bagaimana pernikahan di bawah umur akibat perjodohan orang tua perspektif UU No.16 tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh pernikahan di bawah umur akibat perjodohan orang tua, mengetahui perspektif hukum Islam dan UU No.16 tahun 2019 terhadap pernikahan di bawah umur akibat perjodohan. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif. Strategi yang digunakan dalam penelitian kualitatif yang dibahas ini adalah strategi penelitian lapangan atau studi kasus. Subjek penelitian ini adalah tiga informan yang terdiri dari pelaku pasangan pernikahan di bawah umur akibat perjodohan dari orang tua. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan redukasi data, penyajian data serta kesimpulan selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pengaruh pernikahan di bawah umur akibat perjodohan orang tua ini menunjukkan dua pengaruh yang berbeda, dilihat dari beberapa segi, ada sisi positif dengan satu sisi ada sisi negatifnya. Di sisi yang lain sisi positifnya adalah dapat membantu meringankan beban keluarga serta menjauhi dari gunjingan masyarakat untuk menjaga nama baik keluarga, dan di sisi negatifnya adanya pertengkaran atau ketidakcocokan antar pasangan yang dikarenakan belum mengenal satu sama lain, kurangnya kedewasaan dan juga adanya kesulitan ekonomi dalam rumah tangga sehingga keluarga ikut campur tangan untuk membantu kebutuhan dalam keluarganya. 2) Dalam perspektif hukum islam pernikahan di bawah umur diperbolehkan asal sudah akil baligh, bisa bertanggung jawab, dan menjalankan sunnah Rosulullah Saw untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan seperti zina. 3) Perspektif UU perkawinan memperbolehkan berlangsungnya pernikahan, asal orang tua para calon mempelai melakukan pengajuan untuk meminta dispensasi nikah terlebih dahulu ke Pengadilan Agama, agar instansi KUA dapat mencatat pernikahan yang di langsungkannya. Kata Kunci : Pernikahan, Perjodohan, Hukum Islam, UU No.16 Tahun 2019