Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Kentang di Jawa Timur
Abstract
Kentang merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia, termasuk di Jawa Timur. Pola konsumsi kentang di Jawa Timur tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya, harga barang itu sendiri, harga barang lain dan faktor sosial ekonomi. Pola konsumsi mempunyai dampak serius terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk menyediakan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia dan membangun generasi yang sehat, aktif, produktif, dan kompetitif. Memahami pola konsumsi dan permintaan kentang di Jawa Timur menjadi kunci penting dalam pengembangan industri kentang di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola konsumsi kentang di Jawa Timur, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2022 yang di keluarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga yang berada di Provinsi Jawa Timur, akan tetapi kita menggunakan data sekunder yang mana diperoleh dari SUSENAS sehingga penentuan jumlah sampel dan pengambilan sampel sudah mengikuti dari SUSENAS. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linear berganda. Regresi linear berganda merupakan model regresi yang melibatkan lebih dari satu variabel independen. Tujuannya adalah untuk menemukan dan memodelkan hubungan linier antara variabel independen dan variabel dependen. Data pangan diperoleh dengan membagi jumlah pengeluaran dibagi dengan jumlah konsumsi. Hasil analisis data yang akan diperoleh adalah adanya hubungan antara dua produk, terlepas dari apakah produk tersebut bersifat substitusi atau komplemen. Jika hubungan antara dua barang bersifat positif maka disebut barang substitusi, dan jika hubungan antara dua barang bersifat negatif maka disebut barang komplementer.
Model pola konsumsi pangan rumah tangga terhadap kentang di Jawa Timur sebagai berikut :
Y = 0,630-2,080 X1 -4,526 X2 + 3,605X3 X4 + 2,647 X5 -8,092 X6 + 2,095 X7 + 1,592 X8 + -8,657 X9 + 0,000 X10 + e
Berdasarkan nilai koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,580. Besarnya angka koefisien determinasi (R Square) adalah 0,580 atau sama dengan 58%. Angka tersebut mengandung arti bahwa sebesar 58% variabel terikat (konsumsi kentang) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (harga kentang, harga beras, harga beras ketan, harga jagung pipilan, harga terigu, harga ketela pohon, harga ketela rambat, harga gaplek, pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga). Sedangkan sisanya (100%-58% = 42 %) dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.
Nilai F hitung 6,645 > F tabel 1,73 dan signifikansi F 0,000 < α 0,05. Dengan demikian secara serempak variabel bebas (harga kentang, harga beras ketan, harga terigu, harga ketela pohon, harga gaplek, dan jumlah anggota rumah tangga) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (konsumsi kentang). Secara parsial variabel harga beras, harga jagung pipilan, harga ketela rambat, dan pendapatan, tidak berpengaruh terhadap konsumsi kentang rumah tangga karena t hitung < t tabel dan nilai signifikansi t pada variabel X1, X3, X5, X6, X8 dan X10> α 0,05. Secara parsial variabel yaitu harga kentang, harga beras ketan, harga terigu, harga ketela pohon, harga gaplek, dan jumlah anggota rumah tangga berpengaruh nyata terhadap konsumsi kentang rumah tangga di Jawa Timur.
Hasil penelitian didapatkan masih banyak masyarakat yang belum banyak mengkonsumsi makanan karbohidrat pengganti beras, sehingga disarankan pemerintah bisa memberikan sosialisasi supaya masyarakat bisa mengetahui dan mulai mengurangi ketergantungan terhadap beras. Pemerintah diharap bisa mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan karbohidratnya dengan mulai beralih ke sumber karbohidrat lain selain beras.
Kata Kunci : Analisis, Pola Konsumsi Kentang, Jawa Timur