Perkembangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Padi di Indonesia Periode 2018 – 2023
Abstract
United Nations mengumukakan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, salah satu diantaranya adalah no poverty dan zero hunger, yaitu tidak ada kemiskinan dan tidak ada kelaparan. Selaras dengan hal tersebut maka ketahanan pangan merupakan yang penting yang harus dijaga mulai dari pemenuhan pangan bagi masyarakat dari aspek ketersediaan, keterjangkauan, akses harga serta distribusi yang merata. Petani merupakan pelaku utama dalam sektor pertanian, sehingga kondisi ketahanan pangan dan keberlanjutan usaha tani sangat bergantung pada kesejahteraan petani itu sendiri karena pada hakekatnya pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan laporan kementrian pertanian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani di indonesia fluktuatif dan cenderung menurun, dibuktikan oleh Nilai Tukar Petani yang masih dibawah angka 100. Nilai Tukar Petani Padi merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani padi, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani Padi sebagai indikator kesejahteraan petani di Indonesia Periode 2018 - 2023.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan NTP dan tren NTP serta faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) periode 2018 - 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data times series bulanan yang didapat dari badan pusat statistik. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis deskriptif untuk menganalisa perkembangan nilai tukar petani padi dan analisis tren untuk mengetahui kecenderungan NTP. Analisis regresi dengan pendekatan Error Correction Model untuk menganalisa pengaruh IHK, PDB sektor pertanian, Harga Beras, dan Produktivitas terhadap Nilai Tukar Petani Padi (NTPP).
Perkembangan indeks nilai tukar petani padi di Indonesia pada semester I dan II tahun 2018 hingga 2023 dengan penurunan NTP terendah terjadi pada tahun 2021 dan 2022, sedangkan pada tahun sebelumnya 2018 hingga 2020 NTP cenderung stabil dan pada tahun 2023 NTP meningkat signifikan. Pada semester I bulan Januari, Februari, dan Maret indeks nilai tukar petani cenderung lebih tinggi dari pada indeks nilai tukar petani pada bulan April, Mei, dan Juni. Begitu juga pada semester II pada bulan Oktober, November dan Desember NTP cenderung lebih tinggi dari pada bulan Juli, Agustus, dan September. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada awal semester I dan akhir semester II tingkat kesejahteraan petani mengalami peningkatan sedangkan pada akhir semester I dan awal semester II tingkat kesejahteraan petani cenderung mnegalami penurunan. Berbeda dengan tahun 2023 dimana peningkatan indeks nilai tukar petani berada diatas >100 sepanjang semester I sehingga diindikasikan bahwa kesejahteraan petani meningkat sepanjang semester I tahun 2023. Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) mengalami peningkatan sebesar 5.43% yang menunjukkan bahwa perkembangan nilai tukar petani padi cenderung mengalami peningkatan, artinya bahwa petani padi secara umum di Indonesia daya jual komoditas pertaniannya mengalami peningkatan sebesar 5.43%. garis trend koefisien determinasi mneunjukkanbahwa sekitar 5.85% perkembangan nilai tukar petani dapat dijelaskan oleh model atau variabel independen yang digunakan dalam analisis tersebut.
Dalam keseimbangan jangka panjang faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani secara nyata adalah PDB sektor pertanian dan Harga Beras. PDB sektor pertanian mempengaruhi Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) secara negatif dengan nilai koefisien -0.0000185. Dimana kenaikan 1 milyar PDB sektor pertanian dapat menurunkan Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) sebesar 0.00185%. Harga Beras berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) dengan nilai signifikansi 0.003170 artinya menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 rupiah/kg Harga Beras maka Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) mengalami kenaikan sebesar 0.3170%. Semakin tinggi harga beras di Indonesia maka Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) semakin meningkat. Sedangkan variabel IHK berpengaruh positif namun tidak signifikan dan variabel produktivitas padi berpengaruh negatif namun tidak signifikan.
Dalam keseimbangan jangka pendek faktor yang berpengaruh nyata adalah variabel PDB sektor pertanian dan harga beras. PDB sektor pertanian berpengaruh negatif dengan koefisien sebesar -0.0000216, artinya variabel PDB sektor pertanian berpengaruh secara negatif terhadap Nilai Tukar Petani Padi (NTPP), bahwa kenaikan 1 milyar PDB sektor pertanian dapat menurunkan Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) sebesar 0.00216%. Variabel harga beras berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) dengan nilai koefisien sebesar 0.003361, artinya bahwa kenaikan 1 rupiah/kg harga beras dapat meningkatkan Nilai Tukar Petani Padi (NTPP) sebesar 0.3361% dalam jangka pendek. Sedangkan variabel IHK berpengaruh positif namun tidak signifikan dan variabel produktivitas padi berpengaruh negatif namun tidak signifikan.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah Memberikan investasi dan subsidi bagi keberlangsungan usaha tani sehingga petani. Penting bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang dapat meringankan beban biaya produksi seperti subsidi pupuk, benih unggul dan pendistribusian alsintan. Menjaga stabilitas harga dengan melakukan intervensi harga yaitu pemberlakuan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk melindungi petani dari kerugian apabila harga beras di pasar turun terlalu rendah yang dapat disebabkan oleh berlebihnya supply beras di pasar. Mempertimbangkan impor ketika produksi beras dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan nasional. Impor ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan beras yang cukup di pasar dan mencegah lonjakan harga yang tidak terkendali akibat kekurangan pasokan.
Kata Kunci : Perkembangan, Nilai Tukar, Petani Padi, Indonesia