Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Pipil Basah dan Pipil Kering di Desa Mojokrapak Kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang
Abstract
Subsektor pangan menjadi salah satu bagian penting yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat utamanya dalam hal mencukupi kebutuhan pangan nasional. Di Indonesia jagung merupakan sumber pangan yang sangat penting setelah beras. Bahkan di beberapa tempat, komoditas ini menjadi makanan pokok. Di samping menjadi salah satu makanan pokok, jagung juga berpotensi sebagai bahan baku industri pangan seperti diolah menjadi minyak nabati, margarin, maizena, kue, dan makanan kecil lainnya. Jagung juga merupakan bahan utama industri makanan ternak. Penelitian ini juga berfokus pada praktik pertanian yang berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk organik, rotasi tanaman, dan teknik irigasi yang efisien. Komoditas jagung juga berkontribusi pada ketahanan pangan dengan memastikan ketersediaan jagung yang cukup sebagai salah satu sumber pangan utama. Perbedaan cara menjual jagung di daerah penelitian menyebabkan adanya perbedaan pendapatan petani jagung di daerah penelitian. Jagung yang dijual merupakan jagung pipilan yang dapat dijual secara basah, yaitu biji jagung langsung dijual setelah dipipil dan dijual kering yaitu jagung yang sudah dipipil dijemur terlebih dahulu dengan memanfaatkan sinar matahari. Biji jagung yang 3 masih basah langsung dijual oleh petani dikarenakan beberapa alasan, diantaranya faktor waktu yang dirasa petani lama dalam proses penjemuran, tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses penjemuran, dan faktor cuaca yang tidak menentu sehingga sulit dalam proses penjemuran. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui efisiensi usahatani komoditas jagung di Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang dan untuk mengetahui terdapat perbedaan pendapatan atau tidak antara petani usahatani jagung pipil basah dan pipil kering.
Jumlah populasi petani jagung di Desa Mojokrapak sebanyak 171 orang. Berdasarkan informasi Gapoktani (Gabungan Kelompok Tani) di Desa Mojokorapak terdapat petani jagung yang menjual hasil dengan keadaan pipil basah dan pipil kering. Oleh karena itu, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster sampling. Kelompok sampel yang dimaksud terbagi 2 kelompok yakni kelompok petani jagung pipil basah dan kelompok petani jagung pipil kering dengan masing – masing jumlah sebesar 80 dan 91 petani. Jumlah sampel minimal yang akan digunakan responden diperoleh berdasarkan rumus Slovin dengan hasil sampel sebesar 34 responden untuk petani pipil basah dan 30 responden untuk petani pipil kering. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan metode analisis data menggunakan analisis efisiensi usahatani.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa petani jagung jual pipil basah mendapatkan rata-rata total penerimaan sebesar Rp15.105.882 dengan rata-rata biaya total sebesar Rp5.051.368, sehingga petani jagung jual pipil basah mendapatkan pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp10.054.515 selama masa panen jagung. Sementara petani jagung jual pipil kering mendapatkan rata-rata total penerimaan sebesar Rp14.400.000 dengan rata-rata biaya total Rp3.961.450 sehingga pendapatan bersih rata-rata Rp9.980.217 masa panen. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan pendapatan antara petani jagung jual pipil basah dan jual pipil kering. petani jagung yang menjual jagung pipil basah dan kering rata-rata memperoleh R/C sebesar 3,13 dan 3,37. Dapat diartikan setiap pengeluaran biaya usahatani jagung pipil basah Rp. 1 akan memperoleh penerimaan sebesar 3,13 dan setiap pengeluaran biaya usahatani jagung pipil kering Rp. 1 memperoleh penerimaan sebesar 3,37. F hitung untuk pendapatan petani dengan Equal Variance Assumed adalah 0,022 dengan sig. 0,883. Karena sig >0,05 maka H0 diterima atau kedua varians adalah identik.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu faktor-faktor eksternal seperti perubahan cuaca, harga pasar, dan kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi keberlanjutan dan profitabilitas usahatani jagung di Desa Mojokrapak. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau dan menyesuaikan strategi usaha sesuai dengan kondisi pasar dan lingkungan. meskipun harga jual jagung pipil kering lebih tinggi, namun jika faktor-faktor lainnya tidak diperhitungkan, tidak dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani jagung pipil kering secara keseluruhan lebih tinggi daripada pendapatan petani jagung pipil basah. Saran dari peneliti untuk mendorong petani menggunakan teknologi pertanian modern seperti varietas unggul, pupuk dan pestisida yang tepat, dan praktik irigasi yang efisien untuk meningkatkan hasil dan kualitas jagung.
Kata Kunci : Analisis, Perbandingan, Pendapatan, Usahatani Jagung, Pipil Basah dan Pipil Kering, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang