Optimalisasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Jagung Hibrida (Zea Mays L) Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan (Studi Kasus : Desa Martopuro Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan)
Abstract
Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor- faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Namun dalam pengadaan input produksi tersebut, petani masih mengalami berbagai macam masalah, tingginya harga input produksi seperti pupuk, benih, dan obat-obatan merupakan masalah besar bagi mereka yang rata-rata memiliki skala usahatani yang kecil. Belum lagi masalah ketersediaan serta pemalsuan input produksi (pemalsuan pupuk, obat- obatan, dan benih). Rendahnya pertumbuhan luas panen jagung di Jawa karena lahan untuk tanaman jagung harus bersaing dengan komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi atau sebagai bahan pangan utama seperti padi sawah, komoditas perkebunan, hortikultura atau komoditas tanaman semusim lainnya. Peningkatan produksi jagung hibrida akan tercapai apabila penggunaan input produksi digunakan secara optimal. Namun ada satu hal yang harus diteliti bahwa bagaimana tingkat optimalisasi penggunaan input produksi usahatani jagung hibrida. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang optimalisasi penggunaan input produksi, dan besarnya pendapatan petani jagung hibrida.
Tujuan dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani jagung hibrida, 2) untuk mengetahui pengaruh penggunaan input produksi dan 3) Untuk mengetahui tingkat optimalisasi penggunaan input produksi.
Penelitian dilaksanakan di Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan pada bulan juni tahun 2022. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) .Metode yang digunakan yaitu metode strata random yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan menentukan petani jagung acak kemudian menstratakan petani jagung kedalam golongan petani jagung pemilik dan penyewa dan juga menggunakan analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menjelaskan klasifikasi umum jagung hibrida Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis usahatani jagung hibrida dan optimasi pengalokasian input produksi usahatani jagung hibrida di Desa Martopuro. Pengambilan sampel dilakukan secara metode strata random dan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel. Analisis data yang digunakan analisis data R/C ratio, Analisis fungsi cobb douglas regresi berganda dan perhitungan penentuan tingkat optimasi.
Rata-rata total penerimaan petani jagung hibrida di daerah penelitian sebesar Rp 22.282.500 per hektar dan rata-rata total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 10.489.957 per hektar, sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 17.145.333 dan nilai R/C rasio sebesar 2,0. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usahatani jagung hibrida
di Desa Martopuro Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan menguntungkan, karena rata-rata nilai R/C rasionya > 1, sehingga setiap Rp 1 yang dikeluarkan petani akan menerima keuntungan sebesar Rp 2,1. Input produksi yang berpengaruh dalam kegiatan usahatani jagung hibrida di Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan adalah input produksi luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, pupuk urea, pestisida dan status kepemilikan lahan variabel dummy. Hal ini menjelaskan bahwa penambahan input variabel tersebut akan meningkatkan jumlah produksi jagung hibrida. Hasil analisis optimalisasi penggunaan input produksi jagung hibrida menunjukkan estimasi penggunaan luas lahan sebesar 22,44 dengan hasil lebih dari 1, sehingga belum optimal, maka perlu dilakukan penambahan alokasi luas lahan menjadi sebesar 19,94 ha. Estimasi penggunaan benih sebesar 6,14 dengan hasil lebih dari 1 sehingga belum optimal, maka perlu dilakukan penambahan benih jagung menjadi sebesar 8,92 kg per hektar. Estimasi penggunaan pupuk kandang sebesar 4,55 dengan hasil lebih dari 1 sehingga belum optimal, maka perlu dilakukan penambahan pupuk kandang sebesar 10,35 kg per hektar. Estimasi penggunaan input pupuk phonska sebesar 15,39 dengan hasil lebih dari 1 sehingga belum optimal, maka perlu dilakukan penambahan pupuk sebesar 9,89 per hektar. Estimasi penggunaan input pupuk urea sebesar 17,47 dengan hasil lebih dari 1 sehingga belum optimal, maka perlu dilakukan penambahan pupuk sebesar 8,97 per hektar. Estimasi penggunaan pestisida sebesar 29,07 dengan hasil lebih dari 1 sehingga belum optimal, maka perlu dilakukan penambahan obat-obatan sebesar 5,12 liter per hektar. Estimasi penggunaan input tenaga kerja sebesar 22,14 dengan hasil lebih dari 1 sehingga belum optimal, maka perlu dilakukan penambahan tenaga kerja sebanyak 7 orang per hektar. Estimasi variabel dummy sebesar 0,1 > 1. Hal ini menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan pada produksi jagung hibrida di Desa Martopuro mendekati optimal dan menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan pendapatan yang signifkan dalam status kepemilikan lahan.
Saran yang dapat peneliti berikan dari penelitian ini adalah Berdasarkan hasil analisis usahatani, diketahui bahwa rata-rata kelayakan usahatani di daerah penelitian telah efisien dan layak untuk dijalankan. Petani hanya perlu untuk menyesuaikan penggunaan input produksi dengan biaya yang telah ada, guna dapat mencapai jumlah input yang optimal dan juga mampu meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh petani.
Kata Kunci : Optimalisasi, Input Produksi, Usahatani, Jagung Hibrida (Zea Mays L), Status Kepemilikan Lahan